26.7 C
Jakarta
Kamis, Desember 26, 2024

Latest Posts

Finalis Miss Universe Indonesia Rame-Rame Lapor Ke Polda Metro Jaya, Ada Apa?

Foto by : detik.com/ Chelsea Olivia Daffa

Wartain.com, Jakarta || Sejumlah finalis Miss Universe Indonesia(MUID), melapor ke Polda Metro Jaya pada Senin, 07/08/2023 atas dugaan pelecehan seksual jelang grand final.

Ajang MUID telah menobatkan Fabienne Nicole Groeneveld sebagai pemenang. Bukan disambut sukacita, kemenangan Fabienne malah ‘disambut’ pengunduran diri pihak-pihak pendukung gelaran. Tak hanya itu, justru kini mencuat kasus dugaan pelecehan seksual.
Para finalis MUID disebut diminta melakukan pengecekan tubuh (body checking) jelang grand final.

Berikut kronologi kasus dugaan pelecehan seksual di ajang MUID dari sisi korban hingga laporan ke kepolisian.

Grand final MUID diselenggarakan pada 3 Agustus 2023, sedangkan body checking dilakukan pada 1 Agustus 2023 atau dua hari jelang grand final. Melisa Anggraini, kuasa hukum finalis MUID sekaligus korban, menyebut dalam rundown tidak disebutkan body checking.

Dari keterangan para finalis, Melisa menemukan body checking tidak dilakukan di ruang privat atau tertutup tetapi di sebuah ballroom dengan sekat seadanya.

“Mungkin teman-teman bisa bayangkan ballroom itu terbuka di mana ballroom yang kita ketahui ada CCTV dari segala sudut dan hanya disekat seada-adanya. Disekat dengan banner, disekat dengan gantungan baju, di mana teman-teman sampaikan kepada saya,” terang Melisa dalam konferensi pers di Nur Corner, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin 07/08/2023.

Priskilla Jelita Tamariska dan Desak Putu Ratih Widhiarta, keduanya finalis MUID asal Jawa Barat, mengaku saat itu finalis diminta untuk fitting, bukan body checking.

Jelita berkata dirinya diminta untuk fitting gaun malam (evening gown). Namun saat masuk, tiba-tiba dirinya disuruh membuka semua pakaian kecuali celana dalam. Saat menutup area tubuh bagian atas, dia dibentak, dianggap tidak bangga akan tubuhnya sendiri.

“Saya di situ merasa agak tertekan, tapi saya juga tidak bisa berbuat apa-apa karena takut itu sebagai salah satu penilaian,” ungkapnya.

Pengecekan dilakukan di ruang yang disekat kayu dan masih cukup terbuka. Beberapa orang lalu-lalang baik pria maupun wanita. Dia merasa seperti tontonan dan bebas dinilai ini itu. Akibat kejadian ini, Jelita mengaku masih susah tidur.

Sementara itu, Ratih mengaku juga mendapat perlakuan kurang lebih serupa. Saat masuk, ia menemukan finalis lain masih di ruangan dalam kondisi telanjang.
Ketika dirinya dicek, dua finalis lain dipanggil sehingga dalam satu ruang ada empat finalis. Dia pun hanya mengenakan celana dalam.

“Di situ kita disuruh melakukan beberapa pose, seperti harus ngangkang, harus pose belakang. Pengalaman saya sendiri, bagian belakangnya seperti diintip, dan saya saat itu sangat bingung dan sangat tidak nyaman,” kata Ratih.

Rio Motret, mantan Direktur Visual MUID dan Eldwen Wang, mantan CEO MUID keduanya berada hotel yang sama dengan tempat body checking. Hanya saja, keduanya mengaku tidak turut dalam body checking.
Keduanya baru tahu ada body checking setelah ada komplain dari finalis. Eldwen mendapat laporan bahwa ada staf MUID yang mengambil gambar selama body checking. Dia mendatangi staf dan memintanya menghapus foto.

“Dari handphone yang bersangkutan itu [foto dihapus], saya merekam proses penghapusannya,” kata Eldwen.

Sementara Rio menghubungi provincial director (PD) untuk mengkomunikasikan masalah tersebut dan memastikan bahwa foto sudah dihapus. Namun Rio berkata ada jeda waktu antara komplain dan tindak lanjut Eldwen sehingga ada kekhawatiran foto sudah disebar.

“Kita gak tau selama 2 jam itu sudah ditransmisikan ke siapa saja karena itu kita tidak bisa bertanggung jawab juga karena itu bukan saya yang memotret kan jadi jangan salah ya,” imbuhnya.

Pada Senin (7/8) sejumlah korban melapor ke Polda Metro Jaya, Sub Direktorat Remaja, Anak dan Wanita (Subdit Renakta) didampingi kuasa hukum Melisa Anggraini. Melisa menyebut body checking di MUID telah melanggar UU Tindak Pidana Kekerasan Seksual.

Dia menemukan ada relasi kuasa antara panitia dengan kontestan di mana seolah body checking harus dilakukan sebab di ajang international bakal lebih ‘keras’. Selain itu body checking dilakukan di tempat yang kurang privat dan ada orang-orang dengan jenis kelamin berbeda di satu tempat.

“Karena kami sudah mendapat laporan hampir lebih dari sepuluh korban. Bahwa siapa saja yang berada di ruangan itu, siapa saja yang ikut menyaksikan, siapa yang merekam, siapa yang bolak balik,” katanya.

Meski belum menyebut detail, Melisa menyebut pihaknya telah melaporkan tiga orang dalam kasus ini.***

Sumber : detik.com

Editor : Raka Azi

(Aab)

Latest Posts

spot_imgspot_img

Don't Miss

Stay in touch

To be updated with all the latest news, offers and special announcements.