Wartain.com – Kisah pilu datang dari seorang anak asal Kampung Mekarjaya, RT 05 RW 03, Desa Nyalindung, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi.
Adalah Lutfie Sakhie Zaidan (8) seorang anak dari pasangan Dede Erwan (34) dan Dede Suherti (30) mengidap penyakit thalasemia yang dideritanya sejak lahir.
Sekedar informasi, thalasemia adalah kelainan darah bawaan yang ditandai oleh kurangnya protein pembawa oksigen (hemoglobin) dan jumlah sel darah merah dalam tubuh yang kurang dari normal.
Kepala Desa Nyalindung, Asep Supriyadi mengatakan, Lutfie membutuhkan transfusi darah secara berkala minimal dua minggu sekali untuk menjaga keseimbangan sel darah merah dalam tubuhnya.
“Jika terlambat melakukan transfusi darah, anak tersebut tampak terlihat lemas. Bahkan, pada bagian kuku tangannya terlihat berubah warnanya menjadi menguning,” kata Asep pada Minggu (18/8/2024).
Keluarga Lutfie telah berjuang keras untuk menyediakan bantuan medis yang ia butuhkan, namun beban finansial yang mereka hadapi semakin berat dan mereka membutuhkan bantuan.
“Orangtuanya anak yang mengidap thalasemia itu, bekerja sebagai OB atau office boy di kantor pemerintahan Kecamatan Nyalindung. Jadi, mungkin penghasilan ekonominya kurang,” paparnya.
Biaya yang harus mereka keluarkan setiap kali transfusi darah sangatlah tinggi. Hal ini menjadi beban berat bagi keluarga yang berasal dari latar belakang ekonomi yang pas-pasan.
Ketika disinggung mengenai bantuan dari pemerintah, Asep menjawab, bantuan untuk transfusi darah dan obat sudah dibantu dari pemerintah melalui program BPJS. Namun, karena keterbatasan ekonomi, keluarga Lutfie kerap mengalami kesulitan dengan biaya transportasi dan biaya perbekalan selama proses cek kesehatan ke rumah sakit.
“Lutfie ini, kalau transfusi darah suka ke Rumah Sakit Bhayangkara atau RS Setukpa Polro Kota Sukabumi. Kalau dulu, biasanya transfusi darahnya 1 bulan sekali. Nah, untuk sekarang kata orangtuanya 2 minggu sekali,” tukasnya.
Saat melakukan transfusi darah, Asep mengaku sering menginformasikan kepada sejumlah komunitas darah Sukabumi dan media sosial. Namun demikian, karena anak tersebut harus menjalani transfusi darah setiap 2 minggu sekali, membuat kewalahan untuk menyediakan labu darah.
“Lutfie itu, golongan darahnya AB, setiap ada kebutuhan dengan darah, kita share ke teman-teman. Hari ini kita dua minggu sekali kewalahan, karena memang stok darah di Kabupaten Sukabumi agak susah ya, menipis stoknya tadi juga saya nanya ke PMI, memang untuk kebutuhan darah di Sukabumi sangat banyak, khususnya bagi penderita thalasemia,” timpalnya.
Memahami tantangan yang dihadapi oleh keluarga tersebut, masyarakat dan pihak terkait di wilayah Sukabumi dan sekitarnya diharapkan dapat memberikan bantuan kepada keluarga Lutfie.
Setiap bantuan berapapun nilainya, baik dalam bentuk dana maupun dukungan moral, dapat memberikan harapan baru bagi kehidupan Lutfie.
“Karena mungkin dari gaji yang honor dari bulanan juga gak begitu mencukupi, kasian, sedangkan dia juga sering ada beban tuh ketika memang kekurangan darah, harus mencari kemana-mana, memang itu yang jadi persoalan kadang-kadang hampir tiap dua minggu sekali, dia keluh kesah dengan stok darah di Sukabumi, jadi kadang-kadang dia membayar mereka yang memang minta uang bensin, kadang-kadang minta transport kan jauh,” paparnya.
“Saya berharap adanya uluran tangan dari para dermawan supaya proses pengobatan Lutfie ini, bisa terus berjalan. Kami yakin, Allah SWT akan membatu melalui hambanya yang dermawan,” pungkasnya.***(RAF)