Oleh : Ikin Abdurrahman/Direktur Majelis Dzikir Yayasan Majelis Dzikir Merah Putih
Bagian Kedua
2. RAHMAT, Kasih Sayang
Wartain.com || Misi aplikatif kedua adalah menaburkan dan menumbuh suburkan rahmat ALLAH.
Rahmat artinya dasarnya adalah kasih sayang, welas asih “silih-asah” (saling mengasah, menajamkan), “silih-asih” (saling mengasihi), “silih-asuh” (saling mengasuh), “silih-wangi” (saling mewangikan, mengharumkan) antar sesama seaqidah, sebangsa senegara, sesama manusia (lintas keyakinan, ras, etnis dan golongan), serta sesama makhluk hidup.
Rahmat ALLAH artinya kasih sayang atau belas kasih yang diberikan ALLAH kepada semua makhluk-Nya. Rahmat ini mencakup berbagai bentuk, seperti anugerah, nikmat, berkah, dan karunia, yang menunjukkan keagungan dan sifat-sifat ALLAH Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang (Ar-Rahman dan Ar-Rahim).
Rahmat ALLAH adalah pemberian yang diberikan kepada semua makhluk hidup, termasuk manusia, sebagai bukti keagungan dan kasih sayang-Nya.
Rahmat ALLAH tidak terbatas pada satu bentuk saja, tetapi dapat manifest dalam berbagai bentuk seperti kenikmatan, keberkahan, dan juga dalam bentuk ujian yang dapat mendidik dan meningkatkan iman.
ALLAH juga memberikan rahmat dalam bentuk pengampunan (maghfirah) bagi hamba-hamba-Nya yang berdosa, sehingga mereka tidak perlu putus asa dari rahmat ALLAH.
Sebagai hamba ALLAH, manusia harus berusaha untuk memanfa’atkan rahmat ALLAH di dunia dan akhirat, serta selalu bersyukur atas segala nikmat yang diberikan.
Konsep Islam Rahmatan lil-‘Alamin, yang berarti Islam yang menjadi rahmat bagi seluruh alam, menunjukkan bahwa Islam hadir di dunia untuk membawa kedamaian dan kasih sayang bagi semua makhluk.
Seseorang dapat memperoleh rahmat ALLAH dengan menjadi sosok yang mencerminkan sifat kasih sayang, taat kepada ALLAH dan Rasul, serta berusaha menjadi orang baik.
Rahmat ALLAH adalah manifestasi dari dua sifat ALLAH yang utama, yaitu Ar-Rahman (Maha Pengasih) dan Ar-Rahim (Maha Penyayang).
Rahmatullah artinya sifat ALLAH sebagai Pemberi Rahmat yang melimpah kepada hamba-hamba-Nya. Terdiri dari dua kata, yaitu “rahmat” yang berarti rahmat (kasih sayang) atau belas kasih, dan “ALLAH” yang merujuk kepada Nama Dzat Tuhan dalam ajaran Islam. Ini mencerminkan bahwa ALLAH adalah sumber segala kebaikan dan kebaikan, dan rahmat-Nya mencakup segala aspek kehidupan. ALLAH memberikan rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya tanpa henti, tanpa jedah, dan tanpa batas.
Rahmatullah artinya menggambarkan sifat ALLAH yang penuh belas kasih terhadap seluruh makhluk-Nya. ALLAH dalam Islam dijelaskan sebagai Ar-Rahmaan (Maha Pengasih) dan Ar-Rahiim (Maha Penyayang). Ini menunjukkan rahmat ALLAH adalah rahmat yang sangat luas dan menyeluruh, yang mencakup semua aspek kehidupan. Belas kasih ALLAH ini tidak terbatas oleh waktu, tempat, atau tindakan. ALLAH memberikan rahmat-Nya kepada seluruh ciptaan-Nya, tanpa memandang apakah seseorang pantas atau tidak. Ini adalah pengingat yang kuat bagi umat Muslim untuk selalu mengandalkan rahmat ALLAH dalam hidup mereka, memohon ampunan, dan berusaha hidup sesuai dengan ajaran-Nya.
Di antara nama ALLAH yang sering disebut dalam Al-Qur’an adalah “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim”. Nama ini menunjukkan keluasan rahmat ALLAH.
Nama Ar-Rahman (Yang Maha Penyayang) disebut dalam Al-Qur’an sebanyak lima puluh tujuh kali (57x), di antaranya :
Firman-Nya,
إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِلَّا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْداً
Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi melainkan akan datang kepada Ar-Rahman sebagai hamba.” (QS. Maryam : 93)
Firman-Nya,
الرَّحْمَنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَى
Ar-Rahman beristiwa di atas ‘Arsy.” (QS. Ṭāhā : 5)
Firman-Nya,
الْمُلْكُ يَوْمَئِذٍ الْحَقُّ لِلرَّحْمَنِ وَكَانَ يَوْماً عَلَى الْكَافِرِينَ عَسِيراً
“Kerajaan pada hari itu hanyalah milik Ar-Rahman. Dan itu adalah hari yang berat bagi orang-orang kafir.” (QS. Al-Furqan : 26)
Adapun nama Ar-Rahim disebut sebanyak seratus empat belas kali (114x), di antaranya :
Firman ALLAH Ta’ala,
إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
“Sesungguhnya DIA-lah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang” (QS. Al-Baqarah : 37)
Firman-Nya,
إِنَّ اللّهَ بِالنَّاسِ لَرَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sesungguhnya ALLAH terhadap manusia itu Maha Lembut lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah : 143)
Firman-Nya,
فَمَن تَابَ مِن بَعْدِ ظُلْمِهِ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ اللّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ إِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
“Barangsiapa bertobat setelah kezaliman yang dilakukannya dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya ALLAH menerima tobatnya. Sesungguhnya ALLAH Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ma’idah : 39)
(Lihat An-Nahju Al-Asma, hal. 75-78(.
Untuk mengetahui kandungan makna dari kedua nama ALLAH tersebut dengan menyeluruh, maka perlu kita ketahui terlebih dahulu makna kata “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” secara bahasa, kemudian dalam konteksnya sebagai nama ALLAH Ta’ala.
Kedua kata, Ar-Rahman ( الرَّحْمَن ) dan Ar-Rahim ( الرَّحِيم ), berasal dari kata dasar yang sama, yaitu rahmah ( الرَّحْمَةِ ), yang bermakna kasih sayang, kelembutan, dan belas kasih. Keduanya dibentuk dalam pola yang menunjukkan bentuk mubalaghah (superlative, penekanan makna intensitas atau kelimpahan), namun Ar-Rahman memiliki tingkat mubalaghah yang lebih kuat dibandingkan Ar-Rahim.
(Lihat : Tafsīr Ibni Katsīr, 1 : 124; Tafsīr ath-Ṭabarī, 1 : 124 dan 5 : 530; lihat juga Al-Miṣbāḥ al-Munīr fī Gharīb Syarḥ al-Kabīr – al-Fayyūmī, 1 : 223).
Ibnu Faris rahimahullah mengatakan,
(رحم) الرَّاءُ وَالْحَاءُ وَالْمِيمُ أَصْلٌ وَاحِدٌ يَدُلُّ عَلَى الرِّقَّةِ وَالْعَطْفِ وَالرَّأْفَةِ
“Akar kata “ر-ح-م” menunjukkan makna dasar kelembutan, kasih sayang, dan belas kasih.”
(Lihat Maqāyīs al-Lughah – Ibnu Fāris, 2: 498).
Ibnu Katsir rahimahullah ketika menafsirkan firman ayat pertama dari surah Al-Fatihah, beliau menukil ucapan Abu ‘Ali Al-Farisi. Beliau mengatakan,
قَالَ أَبُو عَلِيٍّ الْفَارِسِيُّ: الرَّحْمَنُ: اسْمٌ عَامٌّ فِي جَمِيعِ أَنْوَاعِ الرَّحْمَةِ يَخْتَصُّ بِهِ اللَّهُ تَعَالَى، وَالرَّحِيمُ إِنَّمَا هُوَ مِنْ جِهَةِ الْمُؤْمِنِينَ،قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا} [الْأَحْزَابِ: 43]
“Abu ‘Ali al-Fārisī berkata, ‘Ar-Rahman adalah nama umum bagi seluruh jenis rahmat yang menjadi kekhususan Allah Ta’ala; sedangkan Ar-Rahim adalah rahmat yang bersifat khusus kepada kaum mukminin.’ Sebagaimana firman Allah Ta’ala (yang artinya), ‘Dan Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.’ (QS. Al-Aḥzāb : 43).”
(Lihat Tafsīr Ibni Katsīr, 1 : 125).
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Si’diy rahimahullah ketika menafsirkan ayat tersebut, beliau mengatakan,
{الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ} اسمان دالان على أنه تعالى ذو الرحمة الواسعة العظيمة التي وسعت كل شيء، وعمت كل حي، وكتبها للمتقين المتبعين لأنبيائه ورسله. فهؤلاء لهم الرحمة المطلقة، ومن عداهم فلهم نصيب منها.
“Ar-Rahman dan Ar-Rahim adalah dua nama yang menunjukkan bahwa Allah memiliki rahmat yang sangat luas dan agung, yang meliputi segala sesuatu dan mencakup seluruh makhluk hidup. Namun, Allah menuliskan rahmat tersebut secara khusus bagi orang-orang yang bertakwa dan mengikuti para nabi dan rasul-Nya. Mereka inilah yang mendapatkan rahmat secara mutlak, sementara selain mereka mendapatkan bagian tertentu darinya.”
(Lihat Taysīr al-Karīm ar-Raḥmān, hal. 39)
Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr hafizhahullah mengatakan tentang makna kedua nama ini,“Kedua nama ini disebutkan secara beriringan dalam banyak tempat di dalam Al-Qur’an. Masing-masing menunjukkan bahwa sifat rahmat adalah sifat tetap (melekat) bagi ALLAH. Namun, penyandingan keduanya menunjukkan bahwa rahmat itu tidak hanya sebagai sifat, tetapi juga sebagai tindakan nyata yang berdampak pada makhluk. Ar-Rahman bermakna Dzat yang memiliki sifat rahmat. Ar-Rahim bermakna Dzat yang memberikan rahmat kepada hamba-hamba-Nya.
Karena itu, ALLAH menyebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), “Dan DIA Maha Penyayang (rahiim) kepada orang-orang yang beriman” (QS. At-Taubah : 117), namun tidak pernah disebut : Rahman terhadap para hamba atau Rahman terhadap kaum mu’minin. Hal ini karena Ar-Rahman datang dalam bentuk fa‘lān, yang menunjukkan sifat yang tetap, sempurna, dan melekat. Sementara Ar-Rahim menunjukkan sifat yang sampai kepada yang dirahmati, yaitu orang-orang beriman.
Maka dalam dua nama ini terdapat isyarat tentang kesempurnaan dan keluasan rahmat ALLAH yang meliputi segalanya. Semua kebaikan, nikmat, dan kebahagiaan yang ada di alam atas dan bawah adalah dampak dari rahmat-Nya. Demikian pula segala keburukan, bencana, dan penderitaan yang disingkirkan dari makhluk adalah bentuk lain dari rahmat-Nya. Sebab, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Dia, dan tidak ada yang mampu menolak keburukan selain Dia. Dialah yang Maha Pengasih di antara para pengasih.”
(Lihat Fiqh al-Asmā’ al-Ḥusnā, hal. 97-98).
Penetapan nama “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” bagi ALLAH Ta’ala memiliki banyak konsekuensi, baik dari sisi sifat dan pengkhabaran terhadap ALLAH, maupun dari sisi hamba. Berikut ini beberapa konsekunsinya dari sisi hamba mengimani bahwa “Ar-Rahman” dan “Ar-Rahim” sebagai nama ALLAH, dan menetapkan sifat rahmat bagi-Nya Hal ini sebagaimana telah disampaikan di atas, tentang dalil dari kedua nama. Selain itu, wajib bagi kita untuk menetapkan sifat rahmat bagi-Nya, yang ini merupakan kandungan dari kedua nama tersebut.
Salah satu sifat ALLAH yang tetap dan kokoh berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah adalah sifat rahmat (kasih sayang). Ia adalah sifat kesempurnaan yang layak bagi keagungan ALLAH, sebagaimana sifat-sifat-Nya yang lain. Tidak diperbolehkan menolak atau menafsirkan sifat ini dengan makna yang menyimpang, karena hal tersebut termasuk bentuk penyimpangan terhadap nama-nama-Nya. Ibnul Qayyim rahimahullah telah membantah dengan panjang lebar pendapat bahwa rahmat ALLAH adalah majaz dalam kitabnya As-Ṣawā‘iq al-Mursalah ‘ala al-Jahmiyyah wa al-Mu‘aṭṭilah, dengan bantahan yang tidak ada tandingannya.
(Lihat An-Nahjul Asma, hal. 80-85).
Akhlak kasih sayang termasuk akhlak yang mulia dan sangat dianjurkan dalam Islam. ALLAH memuji Rasul-Nya dengan sifat ini dalam firman-Nya,
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyā’ : 107)
Di antara nama Nabi ﷺ adalah Nabiyyur-Rahmah ( نبيُّ الرَّحْمة ). Bahkan beliau juga memuji sahabat terbaiknya karena sifat ini. Dalam hadis disebutkan,
أرْحمُ أُمتي بأمتي: أبو بكر
“Orang yang paling penyayang terhadap umatku adalah Abu Bakar …” (HR. Ahmad)
Rasulullah ﷺ juga bersabda,
إنما يَرْحمُ اللهُ مِنْ عبَادِه الرُّحَمَاء
“Sesungguhnya ALLAH hanya merahmati hamba-hamba-Nya yang penyayang.”
Dalam riwayat yang lain,
لا يَرْحَمُ الله مِنْ عبادِه؛ إلا الرُّحَمَاء
“ALLAH tidak akan merahmati hamba-hamba-Nya kecuali yang penyayang.” (HR, Muttafaqun ‘alaihi)
(Lihat An-Nahjul Asma, hal. 91)
Mengetahui betapa luas dan besarnya rahmat ALLAH akan menumbuhkan rasa harap (raja’) yang kuat dalam hati hamba. Ia akan menggantungkan seluruh kebutuhannya kepada ALLAH, menunjukkan rasa butuh dan ketergantungannya kepada-Nya, serta menyadari bahwa semua kebaikan hanya datang dari-Nya. Sebagaimana firman-Nya,
يَأَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
“Wahai manusia, kalian semua adalah orang-orang fakir (butuh) kepada ALLAH, sedangkan ALLAH Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS. Fāṭhir : 15)
Rasa harap ini akan membuahkan berbagai bentuk ibadah lahir maupun batin, tergantung pada tingkat pengenalan dan ilmu seorang hamba terhadap Rabb-nya.
(Lihat Fiqh al-Asmā’ al-Ḥusnā, hal. 33).
Seorang hamba, setiap kali ketaatannya semakin besar, kedekatannya kepada Rabb-nya semakin kuat, dan usahanya dalam mendekatkan diri kepada ALLAH semakin intens; maka akan semakin besar pula bagian rahmat yang layak ia terima. Hal ini ditegaskan dalam beberapa ayat, di antaranya firman ALLAH,
وَهَـذَا كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ مُبَارَكٌ فَاتَّبِعُوهُ وَاتَّقُواْ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan ini adalah Kitab (Al-Qur’an) yang Kami turunkan, penuh berkah. Maka ikutilah ia dan bertaqwalah agar kalian dirahmati.” (QS. Al-An‘ām : 155)
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada Rasul agar kalian dirahmati.” (QS. An-Nūr : 56)
Ayat-ayat ini dan banyak lainnya menunjukkan bahwa rahmat ALLAH sangat erat kaitannya dengan ketaatan, taqwa, dan amal ihsan seorang hamba. Semakin kuat hal itu dalam diri seorang mukmin, maka semakin dekat pula rahmat ALLAH kepadanya.
(Lihat Fiqh al-Asmā’ al-Ḥusnā, hal. 99).
Dan hanya kepada ALLAH-lah kita memohon, semoga DIA memasukkan kita ke dalam golongan hamba-hamba-Nya yang saleh dengan rahmat-Nya, serta menganugerahkan kepada kita rahmat-Nya yang telah DIA tetapkan bagi para wali-Nya yang beriman. Sesungguhnya DIA Maha Dermawan lagi Maha Pemurah, dan DIA adalah Dzat Yang Maha Penyayang di antara para penyayang.****
Bersambung…
Foto : Istimewa
Editor : Aab Abdul Malik
(Dul)