Wartain.com || Kecamatan Surade di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dikenal dengan kisah hewan sangarnya. Mulai dari temuan fosil hiu purba megalodon, penampakan buaya di Situ Habibi hingga yang terkini temuan harimau jawa.
Berikut beberapa petunjuk keberadaan hewan tersebut,
1. Heboh ‘Huntu Gelap’ Fosil Megalodon
Sektar bulan Maret, 2020 lalu, warga Kampung Cigintung, Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, dihebohkan dengan penemuan ratusan hingga ribuan fosil gigi hiu purba atau Megalodon. Warga mengenalnya dengan sebutan Huntu Gelap.
Fosil itu ditemukan di dalam tanah. Fosil yang diduga peninggalan era prasejarah tersebut ditemukan di dekat petak-petak sawah warga kampung tersebut.
Adalah Mamuh (45), seorang pembuat petakan sawah yang pertama kali menemukan fosil purba tersebut awal bulan Maret 2020 lalu. Saat itu ia menemukan benda berbentuk segitiga runcing dengan tepian bergerigi. Warnanya beragam, mulai dari coklat tua hingga hitam legam sebagian ujungnya yang rata keras seperti batu.
Singkat cerita, Mamuh yang awalnya tidak mengetahui benda itu lantas membuangnya. Sampai kemudian ia bertemu dengan warga setempat yang mengetahui bahwa benda itu adalah fosil hiu purba Megalodon.
“Sekitar bulan Maret tahun 2020, Pak Mamuh ini sedang membuat petakan. Saat mencangkul ia menemukan fosil hiu megalodon itu, karena enggak tahu benda-benda itu dia buang begitu saja. Selang beberapa waktu ia bertemu seseorang yang menyebut bahwa benda itu adalah fosil hiu megalodon, saat itu orang yang bertemu Pak Mamuh ini menawar barang tersebut seharga Rp 200 ribu,” Eli Yulianti, pegiat wisata Desa Gunungsungging kepada wartawan Selasa (12/1/2021) silam.
Kabar itupun ramai tersebar, harga jual fosil tersebut membengkak seiring ramainya persaingan para tengkulak adu tawar dengan warga. “Sampai sekarang harganya antara Rp 3 juta hingga Rp 150 juta, harga itu tergantung dari jenis, ukuran dan mulusnya barang. Karena ada kelir (list) fosil yang bermacam warnanya,” lanjut Eli.
“Warga juga menyebut benda itu Huntu (Gigi) Gelap (Petir), karena bentuknya memang mirip. Hanya bedanya fosil ini ada gerigi kecil,” sambungnya.
Profesor Mega Fatimah Rosana, Guru Besar dalam Ilmu Geologi Eksplorasi pada Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran akhirnya mengungkap soal adanya fosil hiu purba atau megalodon di Desa Gunungsungging, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.
Perempuan yang juga menjabat sebagai Kepala Pusat Penelitian Geopark dan Kebencanaan Geologi Unpad itu mengatakan wilayah yang kini ditemukan banyak fosil tersebut jutaan tahun yang lalu adalah lautan.
“Kalau secara geologi fosil itu kan ketemunya di daerah Selatan di Surade – Ujunggenteng. Kalau dari geologi itu di sana batuannya batu kapur atau batu gamping kita bilang, jadi itu bagian dari formasi Cibodas sama formasi Bentang. Jadi jaman dulunya kira-kira secara geologi umur miosen ya,” ungkap Mega kepada detikcom melalui sambungan telepon, Kamis (14/1/2021).
“Setaranya di geologi itu rentang 22 hingga sekitar 5 juta tahun pada kondisi itu pada zaman itu di sana adalah laut atau cekungan. Terjadi pengendapan itu di laut batuannya dan ya pasti hidup di zaman itu hiu-hiu itu, artinya kawasan itu dulunya lautan,” sambung Prof Mega menegaskan.
Menurutnya, perlu ada studi lebih dalam terkait jenis fosil, usia dan rentang tahun. Namun lebih detil soal itu ada di bidang Paleontologi yang mempelajari mengenai sejarah kehidupan di bumi dan tanaman serta hewan purba berdasarkan fosil yang ditemukan di bebatuan.
“Waktu dia pengendapan di periode itu, hanya (soal) detil di rentang periode ke berapa apakah misalnya lebih pendek umurnya harus ada studi lebih detil tentang ada fosil di lautnya. Selain gigi hiu ya nanti ada fosil jasad renik yang kecil kecil itu harus di cek lebih spesifiknya jadi dia tau umurnya berapa dan di kedalaman berapa,” jelas Mega.
Terkait fosil gigi megalodon yang ditemukan di Desa Gungungsungging Mega juga memastikan fosil itu asli dan merupakan bagian dari masa prasejarah.
2. Kawanan Buaya di Situ Habibi
Kawanan buaya tiba-tiba muncul di Danau Habibie, Kampung Pasir Kaung, Desa Cipendeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi, membuat resah warga.
Informasi yang dihimpun, kemunculan kawanan buaya itu bahkan sempat terekam kamera ponsel warga pada Senin (31/7/2023) dan videonya viral di aplikasi perpesanan.
Salah satu warga setempat, Dude Dahlan (39) menceritakan kawanan buaya itu kini kerap menampakkan diri. “Itu munculnya kemarin lalu terekam kamera, karena memang sekarang-sekarang buaya itu sering muncul setiap hari. Kadang pagi, siang, sore bahkan malam hari,” katanya kepada beberapa wartawan, Selasa (1/8/2023).
Area danau itu berada di lahan milik Haji Utom, atau warga kerap menyebutnya Haji Habibie sehingga warga menamai danau tersebut dengan nama si pemilik lahan. Luas danau mencapai 6 sampai 7 hektare. Kawasan penyangga danau merupakan area perkebunan warga.
“Kalau harapan warga, buaya ini bisa segera ditangani petugas. Karena ketika musim kemarau, banyak warga yang menggunakan air danau untuk kebutuhan air bersih. Ada juga yang beraktivitas mencuci di sekitaran danau, apalagi ketika sumur warga kering,” ujar Dude.
Balai Besar Konservasi Sumberdaya Alam (BBKSDA) menyebut Danau Habibie adalah habitat dari kawanan buaya tersebut sehingga banyak pertimbangan untuk melakukan evakuasi.
“Posisi buaya itu sudah lama ya, bahwa informasinya dan kordinasi yang sudah kita lakukan dengan bagian SDA Setda Kabupaten Sukabumi. Jadi tidak serta merta harus diangkat karena di situ memang habitat buayanya ada di situ,” Kata Kepala Resort Konservasi Wilayah VIII Sukabumi BBKSDA Jabar Isep Mukti, Kamis (3/8/2023).
Menurut Isep, ketika memang dievakuasi maka akan sulit mencari tempat untuk melepasliarkan buaya tersebut. Selain itu tidak banyak warga yang berada di lokasi tempat keberadaan buaya tersebut.
“Kalaupun sudah diangkat mau ke manakan? Kemudian yang ingin mengangkat pun sebenarnya tidak banyak orang juga yang ingin ada di sana. Kalau kita wawancarai masyarakat, yang jelas itu habitatnya buaya di daerah situ. Untuk itu semua harus bisa saling menjaga diri, masyarakat harus jaga diri jangan sembarangan kemudian buaya juga tidak diganggu seperti itu saja sementara,” ujarnya.
Sementara itu Kades Cipendeuy, Bakang Assad berharap kawanan buaya penghuni Danau Habibie bisa dievakuasi.
“Sangat terganggu dengan adanya buaya di Situ Cikalapa atau tepatnya di Situ Habibie, dan buaya tersebut memang dikabarkan sudah mulai muncul dua tahun yang lalu,” kata Bakang.
Bakang mengaku merasakan keresahan warganya dengan munculnya kawanan buaya tersebut. Ia berharap BBKSDA bisa memberikan solusi agar buaya liar itu tidak mengganggu warga. Salah satu caranya adalah dengan evakuasi.
“Kami atas nama pemerintah desa sudah sering mendapat laporan kemunculan buaya di Situ Habibie dan bahkan, buaya tersebut sudah meresahkan masyarakat dengan mengambil hewan ternak milik warga baik itu domba maupun kambing,” ujar Bakang.
Kabar terbaru buaya itu juga dikabarkan menyerang warga bernama Farel (53) warga Desa Ciracap, Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi. Ia menjadi korban gigitan buaya saat menjala ikan. Ia berhasil meloloskan diri. Farel mencolok mata buaya untuk bisa lolos dari gigitan buaya.
Dijetahui, peristiwa menegangkan itu terjadi sekitar pukul 19.30 WIB, Jumat (1/12/2023). Kala itu, Farel tengah menjala ikan di Danau Habibie Kampung Pasir Kaung, Desa Cipendeuy, Kecamatan Surade.
“Kejadiannya malam tadi, sekitar pukul 19.30 WIB, korban sedang menjala ikan. Karena di danau itu kan mulai sore juga banyak orang biasa mengambil ikan, dan lagi lokasi itu memang tempatnya (habitat) buaya,” kata Kades Cipendeuy Bakang Assad.
Saat sedang asyik menjala, tiba-tiba jala milik Farel tersangkut. Diduga saat itu jaring jala miliknya malah menangkap hewan buas tersebut, tanpa sadar ia menggunakan kakinya untuk mengecek benda yang mengenai jaring miliknya.
“Ngecrik (menjala), pas begitu jalanya tersangkut dia sasar pakai kaki, langsung di gigit. Kemungkinan jaringnya kena buaya atau buayanya memang di dalam jaring,” ujar Bakang.
3. Heboh Eksistensi Harimau Jawa
Jurnal penelitian yang diterbitkan di Platform Cambridge University Press, Cambrige Core mengungkap temuan mengejutkan tentang eksistensi harimau jawa di Sukabumi. Spesimen yang digunakan dalam penelitian itu adalah sehelai rambut harimau dari Desa Cipendeuy, Kecamatan Surade, Kabupaten Sukabumi.
Temuan itu mengejutkan Kades Cipendeuy, Bakang Assad. Pasalnya hal itu membuktikan bahwa hewan tersebut belum lah punah dan masih bertahan di kawasan hutan di wilayahnya. Senang, bangga dan khawatir kini menghantui Bakang.
“Saya sudah mendapat informasi hasil jurnal penelitian tersebut, para penelitinya juga pernah melakukan riset langsung ke tempat ini,” kata Bakang saat dihubungi, Jumat (22/3/2024).
Diketahui mereka yang melakukan penelitian adalah tim dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN), Wirdateti dan Yulianto, Bambang Adriyanto dari BKSDA dan Kalih Raksasewu
“Saya merasa bangga temuan di wilayah saya yang notabene harimau (Jawa) si raja rimba yang sudah dianggap punah sekian lama ternyata ada di wilayah saya. Tapi di sisi lain juga, saya merasa khawatir,” tutur Bakang.
Hasil temuan itu membuat kekhawatiran Bakang meningkat, terkait keselamatan warga dan hewan ternak. Meskipun belum ada kejadian semacam itu, ia berharap ada penanganan dan tindak lanjut dari temuan itu
Bakang menyebut, harimau itu menampakkan diri kepada warganya di sekitar kawasan Hutan Rakyat. Di tengah hutan tersebut terdapat jalan desa yang membentang menghubungkan antar kampung.
“Ditemukannya itu kan di kawasan hutan rakyat, di lintasan jalan desa yang kanan kirinya hutan rakyat. Mungkin untuk tahap awal kita lebih dahulu ke sosialisasi ya karena untuk teknis kan ada pihak yang menangani,” tuturnya.
Senada, Camat Surade U Suryana menceritakan pihaknya langsung menghubungi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) begitu mendapat kabar soal jurnal penelitian tersebut.
“Saya langsung menghubungi DLH, katanya nanti berkoordinasi dengan BKSDA. Untuk kami di Surade tentunya menyambut baik kabar tersebut, hanya tinggal bagaimana kita melakukan tindakan selanjutnya,” ungkap Suryana.***
Foto : wikipedia
Editor : Aab Abdul Malik
(SRM)