Wartain.com || Bencana hidromoteorologi yang terjadi di Sukabumi menyisakan banyak dampak bagi masyarakat. Tak terkecuali bangunan sekolah, para tenaga pengajar dan siswa.
Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah V Sukabumi, Lima Faudiamar menyebut, hingga saat ini terdapat 25 sekolah di wilayah Kota dan Kabupaten Sukabumi terdampak yang meliputi SMA, SMK, dan SLB.
Jenis kerusakan di bangunan sekolah pun bervariasi mulai dari atap yang roboh, tembok yang retak, hingga rusak akibat pergeseran tanah. Bahkan dua sekolah diantaranya harus direlokasi. Selain itu peralatan di sekolah pun tak luput dari bencana.
“Pertama kita sudah inventarisir kerusakan alat. Yang paling parah memang di SMK Tegalbuleud, disana sampai ruang praktek komputer itu terendam, biasanya ga pernah terendam,” katanya.
“Kemudian ada alat praktek untuk teknik kerja mesin itu kerendam harganya kalau gak salah sekitar Rp70 juta, jadi kita belum bisa men total semua karena sekarang masih naik airnya terus surut jadi kita sedang mengevakuasi dan menginventarisir,” lanjutnya.
Adapun sekolah yang harus direlokasi berada di Kecamatan Tegalbuleud dan Ciemas. Hal itu dikarenakan kondisi sekolah saat ini mengalami kerusakan cukup parah dan lokasinya yang rawan terkena bencana susulan.
“Rencana itu ada dua, yang pertama SMAN 1 Ciemas itu prioritas, kemudian SMKN 1 Tegalbuleud. Untuk prioritas tapi Ciemas. Saya sudah bilang untuk relokasi jauh sebelum bencana itu memang harus relokasi. Tapi kita mencari dulu lokasi yang tepat jangan sampai kita merelokasi akhirnya kenal lagi,” ucapnya.
Saat ini pihaknya masih mencari lokasi yang tepat untuk relokasi dua sekolah itu agar kejadian serupa tidak terjadi lagi yang dapat membahayakan para guru dan siswa.
“Kita rencana memang di lokasi A ternyata pas kemarin banjirnya besar. Kalau kemarin kita terburu-buru pindah sama saja. Saat ini masih mapping jadi kita gabisa satu titik harus relokasi segera karena takutnya berulang kembali jadi mubazir,” kata Lima.
“Kita lihat kembali sekolah-sekolah yang aman baik dari transportasinya juga terpenuhi, keselamatan baik guru, siswa, dan bangunan,” tambahnya.
Lima beserta jajarannya juga sudah mengkonfirmasi kepada pihak-pihak terkait untuk melakukan perbaikan terhadap bangunan sekolah yang rusak. Rencananya akan ada bantuan perbaikan melalui dan Bantuan Tidak Terduga (BTT).
“Pertama kami sudah memfoto dulu, kemudian kronologi, kita sudah ajukan ke perencanaan di Dinas Pendidikan memakai konsep BTT itu adalah bantuan tidak terduga,” kata Lima.
“Jadi kita sudah laporkan dan sudah diproses di bagian perencanaan Dinas Pendidikan dan itu juga saya sudah laporkan ke Pak Plh Kadis apa saja kerusakan yang dialami oleh sekolah yang terdampak bencana,” tandasnya.
Selain bangunan sekolah yang rusak, Lima mengkonfirmasi ada ratusan siswa dan para guru yang terdampak bencana. “Untuk jumlah siswanya perhari ini kita baru dapatkan sekitar 626 siswa dan ini diperkirakan naik terus,” ujarnya.
Pihaknya masih menunggu kemungkinan adanya tambahan siswa atau guru yang terdampak yang saat ini masih terkendala beberapa hal seperti komunikasi yang masih terbatas.
“Pertama adalah sinyal karena kita sulit menghubungi sekali ketika di satu daerah sudah terisolir, mati lampu dan lain-lain itu otomatis sinyalnya mati,” katanya,
“Kemudian ketika para guru mencari ke lokasi tersebut mereka sudah pindah entah itu ke penampungan mana, itu yang sulit terdeteks apalagi ini sudah masuk libur jadi ini tidak terdeteks,” tukasnya.
Kendati demikian Lima mengatakan saat ini para guru tengah berusaha untuk kembali mendata siswa yang terdampak bencana.
“Sekarang juga instruksi guru tidak libur agar men-trace siswa anak didiknya terutama wali kelas jadi men-trace anak didiknya ada dimana posisinya dan posisi keadaan aman atau tidak,” pungkasnya Lima.***(RAF)
Editor : Aab Abdul Malik