Wartain.com || Mantan Wakil Presiden RI ke-13, KH Ma’ruf Amin memberikan kuliah umum di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Al-Masthuriyah Sukabumi pada Rabu (22/1/2024).
Dari pantauan dilapangan, Ma’ruf Amin tiba di STAI Al-Masthuriyah sekira pukul 14.00 WIB dan disambut dengan antusias oleh para mahasiswa serta para petinggi yayasan.
Dalam kunjungannya ke Sukabumi, Ma’ruf Amin mengisi kegiatan stadium general dengan tema Ekonomi Syariah di Indonesia, Peluang dan Tantangan. Ia berbicara tentang sistem ekonomi di Indonesia yang sudah menganut Dual Economic System.
“Karena ekonomi syariah itu bagi umat Islam sudah menjadi sesuatu yang harus dilaksanakan dan bagi negara itu, sudah menjadi sistem nasional, karena ekonomi kita sudah menganut dual economic system,” kata Ma’ruf Amin
“Jadi konvensional ok, syariah ok. Sehingga kita sekarang membangun ekonomi syariah apalagi potensi ekonomi syari’ah itu besar. Kalau pun buat sekarang potensi itu belum tercapai, tetapi kita akan (berusaha) terus sampai potensi itu terus sampai,” paparnya.
Selain tentang ekonomi syari’ah, Ma’ruf Amin juga berbicara mengenai hukum riba yang erat kaitannya dengan ekonomi. Ia berpendapat kehadiran bank syari’ah bisa membuat umat islam mendapat pilihan lain agar tak terjerumus pada riba.
“Bagi umat Islam, riba itu dilarang. Karena itu, ada sistem ekonomi syariah, ada bank syariah yang non-riba. Negara memang memberi pilihan, tetapi bagi umat Islam, tidak ada pilihan. Ini adalah konsekuensi dari ajaran agama,” tambahnya.
Ia menambahkan bahwa peran ulama dan ustadz sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat. “Kalau umat Islam tidak melaksanakan ini, ada konsekuensi spiritual, yakni mendapatkan murka dari Allah,” tandasnya.
KH Ma’ruf Amin juga menyinggung penerapan ekonomi syariah di kalangan non-Muslim, baik di dalam maupun luar negeri. Ia menyebutkan bahwa sejumlah negara seperti Jepang dan Korea telah mengembangkan produk halal di berbagai sektor, seperti farmasi, wisata, dan kosmetik, demi nilai bisnisnya.
“Yang menguasai produk halal dunia saat ini justru bukan orang Islam. Kita tertinggal, padahal potensinya sangat besar. Karena itu, kita harus mengembangkan ekonomi syariah lebih serius,” pungkasnya.***(RAF)
Editor : Aab Abdul Malik