Wartain.com, Sukabumi || “Gentengbaai,” mungkin nama terdengar asing khususnya bagi masyarakat Kabupaten Sukabumi. Padahal, nama Gentengbaai adalah asal mula dari Ujunggenteng, sebuah kawasan wisata eksotik di Kecamatan Ciracap, Kabupaten Sukabumi.
Dalam sebuah catatan sejarah, para penjelajah Eropa pada tahun 1708 atau di masa Abraham Van Riebeeck, memberi nama daerah itu dengan Gentengbaai. Penamaan itu berbarengan dengan nama Zandbaai (Ciletuh) dan Wijnkoopsbaai (Palabuhanratu).
Dikutip dari DetikJabar, Dahulu kala saat era kolonial, Ujunggenteng dikenal sebagai lokasi pertahanan perang yang paling strategis. “Kawasan ini dinilai memiliki posisi strategis, sebagai pelabuhan bongkar muat hasil perkebunan, diantaranya kopra dan karet,” ujar Dida Hudaya, Ketua Yayasan Jelajah Sejarah Soekaboemi, kepada detikJabar, belum lama ini.
Selain untuk hasil perkebunan, kawasan ini juga terbilang strategis sebagai benteng pertahanan. Tidak aneh ketika banyak ditemukan bekas-bekas bungker hingga bangunan yang berkaitan dengan pertahanan militer di era kolonial.
“Selain untuk hasil perkebunan, Ujunggenteng juga strategis untuk pertahanan, pos intai militer, terutama Angkatan Laut dan Angkatan Udara, dengan kelebihan tanjung yang menjorok jauh ke tengah laut, sehingga dengan leluasa bisa mengintai ke semua arah,” kata Dida Hudaya.
Catatan Dida, dalam kajian geostrategi dan geopolitik soal kawasan ini, terbilang strategis sebagai benteng pertahanan disepakati oleh militer Belanda. Sekutu juga maupun Jepang memiliki penilaian yang sama.
“Hal ini terbukti, dengan di realisasikannya pembangunan Lanud militer, Pillbox (kubu penembak), jaringan parit penghubung Pillbox, menara pengawas, bahkan baterai radar,” jelas Dida.
Di kawasan Ujunggenteng, terdapat sebuah bangunan tembok yang menjorok ke laut. Menurut keterangan warga, bangunan itu dikenal dengan nama Bagal Batre. Dahulu kala tempat ini adalah dermaga peninggalan Belanda, tempatnya kapal perang bersandar.
“Dermaga Bagal Batre ini, dahulunya digunakan sebagai pelabuhan transit armada tentara Belanda yang melintas di perairan Selatan Jawa,” kata Usman Dablen, warga setempat.
Menurut Usman, sisa-sisa bangunan itu hingga kini masih terlihat dan menjadi spot favorit para pemancing. “Tempat mancing favorit, saat ini sebagian bangunan itu sudah menjadi puing karena dimakan zaman ada juga yang rusak karena (ombak) pasang,” imbuhnya menambahkan.***
Sumber : www.detik.com
Editor : Raka Azi