26.7 C
Jakarta
Rabu, Januari 15, 2025

Latest Posts

BRIN : Cuaca Ekstrim Akan Landa Wilayah Indonesia 

Wartain.com, Jakarta || Studi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memperingatkan adanya cuaca ekstrem di Indonesia. Hal itu berdasarkan hasil kajian perubahan iklim (2021-2050) khusus wilayah Benua Maritim Indonesia (BMI) yang menggunakan teknik dynamic downscaling resolusi tinggi.

BRIN menemukan peningkatan signifikan kekeringan dan hujan ekstrem, ini sebagai bentuk paling sederhana ketika suhu meningkat secara signifikan.

BRIN mencatat, sejak bulan September hingga saat ini, kenaikan suhu per bulan rata-rata mencapai 1,5 derajat Celcius. Kondisi ini diprediksi akan berdampak pada penurunan ekonomi global.

Peneliti Ahli Utama Klimatologi dan Perubahan Iklim Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Erma Yulihastin menjelaskan bahwa kekeringan dan hujan ekstrem mengalami peningkatan, berdampak pada wilayah Sumatra bagian tengah dan selatan.

“Kekeringan ekstrem di masa mendatang juga berdampak pada wilayah Kalimantan bagian tengah, timur dan selatan (termasuk IKN). Sedangkan Kalimantan bagian barat diproyeksikan mengalami hari-hari yang lebih basah,” katanya keterangan di situs resmi BRIN, dikutip Senin (26/2/2024).

“Untuk Pulau Jawa, sebagian besar wilayah terancam mengalami suhu maksimum yang lebih tinggi dan suhu minimum yang lebih rendah khususnya untuk pantura Jawa Timur,” tambah Erma.

Karena itu, masyarakat harus memiliki kesiapsiagaan dan kesadaran akan perkembangan cuaca terkini. Dan memiliki pemahaman terkait cuaca dan dampaknya pada bencana. Sehingga bisa menekan dampak terburuk, termasuk mencegah terjadinya korban jiwa akibat cuaca ekstrem.

Menurut publikasi yang dikeluarkan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) provinsi Jawa Tengah pada bulan Januari tahun 2024, Jawa Tengah mengalami 47 kali bencana alam yang 80% disebabkan oleh cuaca ekstrem.

Perlu inisiasi untuk membangun bangsa yang siaga terhadap cuaca, membangun kesadaran masyarakat agar siap dan tanggap pada cuaca. Pemerintah perlu membentuk komite cuaca ekstrem, untuk meminimalisir dampak buruk atau korban jiwa yang mungkin terjadi akibat dari cuaca ekstrem ini.

Erma menjelaskan, kajian kajian perubahan iklim (2021-2050) khusus BMI itu ditujukan untuk mengetahui lebih dalam mekanisme cuaca ekstrem yang ada di Indonesia ketika terjadi perubahan iklim.

“Hasil kajian kami menunjukkan karakteristik utama hujan dinihari yang terjadi di utara Jawa bagian barat. Yaitu, hujan mengalami propagasi yang kuat dari laut menuju darat maupun sebaliknya, keacakan dalam hal fase terjadinya hujan pada rentang waktu dini hari (01.00-04.00 WIB), serta hujan dinihari memiliki keterkaitan yang kuat dengan hujan ekstrem yang memicu banjir besar di DKI Jakarta,” papar Erma.

Dalam keterangan tertulis yang sama, Ketua Tropical Cyclone Warning Center (TCWC) Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Agie Wandala Putra menambahkan, pihaknya sedang berupaya untuk mengalihkan paradigma di masyarakat. Dengan menjadikan informasi prakiraan cuaca menjadi kebutuhan informasi sehari-hari.

“Peringatan dini atas cuaca perlu diimbangi dengan kemampuan respons dan kemampuan untuk mengatasinya. Masyarakat perlu untuk dibekali dengan kemampuan tersebut. Karena upaya untuk merespons ancaman yang timbul dari early warning itu yang masih lemah,” kata Agie.***

Foto : Pixeles

Editor : Aab Abdul Malik

(Redaksi)

Latest Posts

spot_imgspot_img

Don't Miss

Stay in touch

To be updated with all the latest news, offers and special announcements.