Wartain.com, Jakarta || Kemarau panjang yang melanda Indonesia, berdampak buruk bagi petani padi. Selain gagal panen kini para petani juga kesulitan untuk menanam padi, akibat debit air yang berkurang, bahkan tidak sedikit sungai-sungai mulai mengering. Hal ini berakibat harga beras terpantau terus mengalami kenaikan dipasaran, hingga pecahkan rekor tertinggi sepanjang musim.
Harga beras medium kini bertengger di atas Rp 12.000 per kg dari semula Rp 10.000 per kg. Untuk harga beras operasi pasar atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), Perum Bulog saat ini dipatok Rp 54.500 untuk 5 kg, naik Rp 7.500 dari sebelumnya Rp 47.000 per 5 kg.
Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Awaludin Iqbal mengatakan, guna meredam gejolak harga beras, pihaknya kini memprioritaskan distribusi kepada pengecer.
“Jadi kan dari kondisi pasar sekarang, masyarakat masih punya akses mendapatkan beras yang murah melalui pengecer. Makanya kebijakan Presiden, pelaksanaan SPHP dilakukan ke pengecer. Harapannya dia akan lebih dekat dengan konsumen,” ujarnya di Gudang Bulog DKI Jakarta dan Banten di Kelapa Gading, Jakarta, Senin 11/09/2023.
Namun, Iqbal mengatakan, program operasi pasar tersebut bukan serta merta target penurunan harga. Lebih kepada menyeimbangkan pasar, antara sisi supply dan demand di musim kemarau panjang ini.
Secara pola tahunan, panen raya terjadi pada Maret-Mei. Lalu pada Agustus-September terjadi panen gadu, yang berlanjut panen di beberapa titik per November-Januari.
“Sementara konsumsi itu kan sepanjang tahun sama. Makanya ada kencenderungan harga saat panen turun, dan pada kondisi sekarang harga naik. Makanya untuk menyeimbangkan itu kita melakukan suplai ke pasar. Supaya ini efektif maka itu dilakukan melalui saluran yang lebih dekat dengan konsumen. Itu adalah pengecer,” tuturnya.
Kendati begitu, Iqbal kembali menekankan, ia tidak bisa memastikan kapan harga beras turun. “Setidaknya stock, stabil pada posisi itu,” imbuhnya.
Perum Bulog disebutnya, akan terus berupaya menstabilkan harga beras. Sehingga tidak terus naik. Sehingga kenaikannya tidak terlalu berkontribusi terhadap inflasi dan berimbas pada kenaikan harga produk lainnya.
“Enggak bisa begitu. Kita akan evaluasi terus supaya harga itu setidaknya tidak naik, karena yang kita jaga inflasi. Kalau misalnya harga stabil, berarti inflasinya tidak ada, atau nol, atau tidak terjadi inflasi,” pungkasnya.
Dengan kenaikan harga tersebut, beras memberi andil sekitar 0,02 persen terhadap inflasi IHK April 2023 yang sebesar 0,33 persen, secara bulanan atau 4,33 persen secara tahunan.
Sebelumnya, Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pedagang Pasar Indonesia, merilis data terbaru per hari ini kamis, 31 Agustus 2023 harga beras medium secara nasional di kisaran Rp12.300 – 12 400 per kg. Sedangkan harga beras premium dikisaran Rp 14.000 – Rp 14.200 per kg.
Ketua Umum IKAPPI Abdullah Mansuri mengatakan, kondisi ini merupakan kondisi terburuk dan menjadi rekor kenaikan harga beras tertinggi.
“Untuk itu IKAPPI mendorong agar ada upaya-upaya percepatan pencegahan, agar tidak masuk ke dalam ‘darurat beras nasional’,” kata Abdullah dalam keterangannya Kamis 31/08/2023.
Ia menegaskan, meski belum masuk pada fase darurat beras secara nasional, tetapi memang potensi itu terus ada. Lantaran, IKAPPI melihat bahwa dilapangan saat ini di tingkat penggilingan sudah cukup sulit mendapatkan beras bahkan berebut.
“Sedangkan disisi lain kementerian pertanian masih meyakini bahwa akan ada panen di september, tetapi kami sendiri melihat fakta di lapangan melalui keluhan dari pedagang pasar se-Indonesia,” ujarnya.
Disamping itu, IKAPPI juga menilai bahwa stok beras yang dimiliki secara nasional masih belum cukup dalam waktu 4 bulan ke depan. Oleh karena itu, IKAPPI meminta kepada Presiden untuk mengupayakan langkah-langkah yang efektif yang baik.
“Karena bagaimanapun juga beras adalah satu-satunya bahan pangan yang wajib di masyarakat, sehingga kami mendorong untuk dilakukan percepatan penguatan penanganan agar tidak terjadi kepanikan dibawah,” pungkasnya.***
Sumber/Foto : liputan6.com/ Angga Yuniar
Editor : Aab Abdul Malik
(Tim)