Wartain.com || Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Barat, Ono Surono, mengkritisi wacana program pendidikan karakter di barak militer bagi pelajar bermasalah yang digagas Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Menurutnya, program tersebut berpotensi menimbulkan banyak persoalan dan tidak sejalan dengan kurikulum serta regulasi pendidikan nasional.
“Program ini awalnya ditujukan untuk anak-anak berkebutuhan khusus agar mereka dibina di barak militer selama enam bulan hingga satu tahun. Namun, ini tidak sesuai dengan sistem pendidikan kita. Anak-anak tidak boleh dilibatkan dalam kegiatan yang berkaitan langsung dengan pertahanan negara,” ujar Ono usai menghadiri Konsolidasi Internal PDIP Kota Sukabumi, Sabtu (10/5/2025).
Ono juga menyoroti aspek teknis program tersebut yang dinilainya tidak efisien. Ia mempertanyakan efektivitas kegiatan belajar mengajar jika para guru harus mendatangi barak militer secara rutin.
“Bayangkan, guru harus bolak-balik dari sekolah ke barak militer untuk mengajar. Di tengah tuntutan efisiensi anggaran dan tenaga, ini jelas membebani,” tegasnya.
Ia menyarankan agar program pendidikan karakter tetap dilaksanakan di lingkungan sekolah, dengan melibatkan aparat seperti TNI dan Polri yang bisa hadir langsung memberikan pembinaan kepada siswa.
“Jika tujuan utamanya adalah pembentukan karakter dan bela negara, mengapa tidak aparat saja yang datang ke sekolah-sekolah? Itu akan jauh lebih hemat anggaran dan tidak mengganggu proses belajar,” tambah politisi PDIP tersebut.
Ono juga menyinggung soal alokasi anggaran yang dianggap terlalu besar. Program yang dirancang untuk 900 siswa itu disebut menelan anggaran hingga Rp6 miliar. “Jumlah tersebut sangat besar jika dibandingkan dengan efektivitasnya. Jika kegiatan dilakukan di sekolah, biaya bisa ditekan tanpa mengurangi nilai pendidikannya,” ujarnya.
Dengan berbagai pertimbangan tersebut, Ono mendorong agar Pemprov Jawa Barat meninjau ulang kebijakan tersebut dan mencari skema yang lebih rasional serta sesuai dengan regulasi pendidikan yang berlaku.***(RAF)
Editor : Aab Abdul Malik