Wartain.com || Dalam rangka mendukung pencegahan dan penanggulangan ekstremisme khususnya bagi pekerja migran Indonesia serta memperkuat input terhadap isi modul pencegahan ekstremisme kekerasan, Migrant Care melalui Program INKLUSI menggelar Forum Group Discussion (FGD) yang dilaksanakan secara daring melalui zoom meeting, Jumat (02/08/2024) dimulai pukul 09.00 Wib.
Acara tersebut dilaksanakan bekerjasama dengan Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) untuk hadir menjadi narasumber dan peserta dalam FGD.
Dari total 122 peserta FGD, BP2MI melalui BP3MI masing-masing provinsi mengirimkan Kawan PMI (Komunitas Relawan PMI) di Wilayahnya untuk melakukan diskusi dan sharing informasi perihal situasi dan kondisi lapangan yang ditemukan terkait radikalisme, ekstremisme dan terorisme saat pendampingan Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Sementara itu hadir Kasubdit Perlindungan WNI dan Kepentingan Nasional di
Luar Negeri drs.Solihuddin Nasution, M.Si dari BNPT menjadi narasumber FGD memberikan materi bertajuk Pencegahan Tindak Pidana Terorisme di Tingkat Komunitas.
Sebagai Keynote Speech FGD, Wahyu Susilo sebagai Direktur Migrant Care dan Plt Direktur Perlindungan dan pemberdayaan Kawasan Asia Afrika BP2Mi, Firman Yulianto memberikan pengantar awal dilanjutkan pemutaran video mengenai bahaya ekstremisme berbasis kekerasan yang diambil dari real story Dian dan Wati (ruangmigran.id_red).
Dilanjutkan Dengan Sharing dan diskusi Bersama perwakilan Kawan PMI mengenai permasalahan dan kebutuhan pencegahan ekstrimisme kekerasan di tingkat komunitas.
Dalam paparannya, Solehuddin Nasutionan mengungkapkan rentannya ekstremisme, definisi, factor penyebab dan upaya yang perlu dilakukan Bersama khususnya di tingkat komunitas.
“Pencegahan dan pemberantasan radikalisme bisa dilakukan melalui berbagai hal. Namun yang perlu digarisbawahi adalah bahwa kewajiban melakukannya merupakan tugas seluruh elemen masyarakat dan negara. Kewajiban kita semua,” ungkap Solehuddin.
Menjawab pertanyaan dan tanggapan dari beberapa perwakilan Kawan PMI utusan BP3MI Jabar, Mataram dan Jawa Tengah soal aksesibilitas informasi terkait radikalisme dan terorisme, Solehuddin menyampaikan bahwa BNPT siap bekerjasama dengan semua pihak.
“Informasi terkait radikalisme, terorisme serta berbagai konten terkait bisa dilihat di beberapa situs dan medsos kami antara lain jalandamai.org, damailahindonesia.com, duta damai.id, bnpt.go.id serta @damailahRI. Silahkan jika diperlukan sebagai narasumber kami juga siap hadir,” tandasnya.
Sementara itu, Azizah selaku MC acara serta moderator FGD Savitri Wisnuwardhani dari Migrant Care juga menyampaikan bahwa dilaksanakannya FGD ini menindaklanjuti peluncuran modul pencegahan ekstremisme berbasis kekerasan bagi instruktur yang melakukan orientasi pra keberangkatan (OPP) di BP2MI.
Dalam keterangan tertulisnya, Migrant Care juga menyebut dalam proses pembuatan Modul Pencegahan Ekstremisme Kekerasan ini, Migrant CARE telah melakukan FGD di komunitas Desbumi pada 31 Mei 2024 dan telah mendapatkan masukan terkait modul ini salah satunya mengenai cara dan langkah komunitas yang tangguh (resilience) dalam menghadapi ekstremisme kekerasan dan menjadi agen perubahan di lingkungannya.
“Modul ini nantinya juga dapat dipergunakan oleh seluruh komunitas baik komunitas yang dibentuk oleh serikat, organisasi masyarakat sipil ataupun komunitas yang dibentuk oleh pemerintah,” cetusnya.
Usai paparan, diskusi dan sharing oleh seluruh peserta FGD, Savitri menyimpulkan bahwa pencegahan dan pemberantasan radikalisme dan terorisme tidak bisa dilakukan oleh satu pihak saja.
“Perlu kolaborasi semua pihak. Saat ini juga pemerintah sedang Menyusun RPJMN sehingga kedepan BP2MI dan BNPT serta stakeholder terkait serta seluruh elemen masyarakat bisa Bersama-sama melakukan fungsi tersebut dengan optimal,” pungkasnya.***
Foto : Istimewa/tangkapan layar
Editor : Aab Abdul Malik
(LT)