oleh : Salman Rizkatillah Abdussalam S.M
Wartain.com || Di atas kertas, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Garut memang mengalami peningkatan, salah satunya dari penerimaan retribusi pembuangan sampah. Namun, di balik angka-angka tersebut, ada realitas yang perlu dikritisi: apakah sampah yang menjadi sumber pendapatan ini dikelola dengan baik, atau justru menjadi masalah baru bagi masyarakat Garut?
Kita tahu, pengelolaan sampah di Garut masih jauh dari kata ideal. Sampah menumpuk di berbagai sudut kota, Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sudah mulai kewalahan, dan dampak lingkungan semakin terasa. Ironisnya, meskipun sampah menjadi salah satu sumber PAD, banyak warga yang masih mengeluhkan buruknya sistem pengelolaan limbah ini—mulai dari minimnya armada pengangkut hingga kurangnya fasilitas daur ulang yang memadai.
Jika PAD dari sampah terus meningkat, tetapi masalah lingkungan tak kunjung teratasi, maka ada pertanyaan besar yang harus kita ajukan: ke mana sebenarnya dana tersebut dialokasikan? Apakah hanya menjadi angka di laporan keuangan tanpa ada dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat?
Garut butuh solusi, bukan sekadar angka. Sampah seharusnya dikelola dengan bijak, bukan hanya menjadi ladang retribusi tanpa perbaikan sistem. Jika dikelola dengan baik, sampah bisa menjadi berkah—bukan sekadar sumber uang bagi kas daerah, tetapi juga peluang ekonomi berbasis daur ulang, energi terbarukan, dan industri kreatif. Namun, jika terus dibiarkan seperti sekarang, maka sampah akan tetap menjadi masalah yang semakin membesar.
Pemkab Garut harus lebih transparan dan bertanggung jawab dalam mengelola PAD dari sektor ini. Jangan sampai kita terjebak dalam ironi: mendapat untung dari sampah, tetapi justru tenggelam dalam masalah yang sama. Saatnya perubahan! (***)
Foto : Ilustrasi
Editor : Aab Abdul Malik
(Sal/Biro Garut)