26.7 C
Jakarta
Senin, April 21, 2025

Latest Posts

File yang Hilang: Menyingkap Ulang Sejarah Tuhan

Oleh : Dzikri Nur/ Pengamat Sosial Keagamaan

Pengantar

Wartain.com || Buku ini bukan sekadar bantahan terhadap sebuah karya populer berjudul Sejarah Tuhan karya Karen Armstrong. Buku ini adalah perjalanan ruhani, penyingkapan, dan pemulihan. Sebab yang menjadi taruhan bukan hanya ide tentang Tuhan, tapi seluruh fondasi kesadaran manusia tentang siapa dirinya dan untuk apa ia diciptakan.

Karen Armstrong menulis dengan simpati, riset, dan narasi yang memikat. Tapi di balik itu, ia menyeret manusia ke dalam satu asumsi berbahaya: bahwa Tuhan adalah produk sejarah. Bahwa agama adalah hasil evolusi sosial. Bahwa para nabi adalah simbol pencarian, bukan pembawa kebenaran sejati dari langit.

Di sinilah buku ini berdiri. Bukan untuk mendebat, tapi untuk membuka kembali file yang hilang dari kesadaran umat manusia. File itu bernama Wahyu, yang telah dikaburkan oleh mitos sejarah dan digantikan oleh teori-teori tanpa cahaya.

Kami menulis bukan untuk menambah keyakinan lama. Tapi untuk menyingkap kebenaran yang selama ini dikurung oleh sistem akademik, disembunyikan oleh narasi modernisme, dan ditenggelamkan oleh arus relativisme.

Ini bukan sejarah. Ini adalah penyucian sejarah

BAB 1: Tuhan Sebelum Kata-Kata

Sebelum huruf pertama ditulis, sebelum suara pertama menggema, sebelum bumi dan langit terpisah, Tuhan telah Ada. Bukan sebagai ide. Bukan sebagai konsep. Tapi sebagai Zat Mutlak yang Maha Ada.
Dalam kitab suci, disebutkan bahwa ruh manusia telah bersaksi sejak alam arwah:
“Bukankah Aku ini Tuhan kalian?” “Ya, kami bersaksi.”
(QS Al-A’raf: 172)

Inilah agama pertama: kesaksian langsung, bukan teori. Tauhid adalah fitrah, bukan hasil pencarian.

Lalu manusia diturunkan ke bumi. Mereka membawa cahaya dari langit, tapi perlahan tertutup oleh debu dunia. Dan sejarah dimulai bukan dari puncak ke bawah, tapi dari cahaya ke kegelapan.

Sejarah bukanlah pendakian menuju Tuhan. Tapi penyimpangan dari-Nya

BAB 2: Ketika Wahyu Dilupakan

Manusia mulai lupa. Ketika para nabi dilupakan, mereka menciptakan simbol. Ketika wahyu disingkirkan, mereka menggambar langit dengan imajinasi sendiri.

Di sinilah awal munculnya agama-agama bumi. Dewa-dewa, arwah leluhur, roh alam—semua itu bukan asal-usul agama, tapi residu dari agama yang dilupakan.
Wahyu bukan hasil budaya. Wahyu adalah cahaya dari langit. Dan agama-agama bumi hanyalah bayangan redup dari agama tauhid yang pernah bersinar.

BAB 3: Ketika Filsafat Mengaburkan Tuhan

Filsafat lahir bukan dari wahyu, tapi dari rasa cukup terhadap akal. Para filsuf Yunani, dari Plato hingga Aristoteles, berbicara tentang Tuhan bukan sebagai Kekasih Jiwa, tapi sebagai motor tak bergerak.

Tuhan dijelaskan, tapi tidak lagi diresapi. Tuhan dikonsepsikan, tapi tidak lagi disembah.

Filsafat membunuh rasa takjub. Iman diubah menjadi soal logika. Doa dianggap delusi. Wahyu dianggap mitos.

Inilah awal zaman kering ruhani. Di mana Tuhan menjadi konsep intelektual, bukan hadirat yang menggetarkan malam-malam sujud.

BAB 4: Agama-Agama Sebelum Wahyu Terlupakan

Agama-agama awal bukan pencarian, tapi pelupaan. Nabi Adam bukan manusia gua, tapi pembawa risalah. Nabi-nabi pertama bukan simbol, tapi utusan sejati dari langit.
Karen Armstrong menyebut agama sebagai perkembangan. Tapi kami menyebutnya kemunduran dari cahaya menuju kabut.

Simbol-simbol pagan, kurban kepada roh, hingga dewa-dewa langit—itu semua adalah sisa-sisa cahaya yang hancur karena ditinggalkan.

BAB 5: Mitos, Simbol, dan Jebakan Pikiran

Ketika manusia mulai menjauh dari wahyu, mereka menciptakan mitos. Simbol menjadi pengganti kehadiran. Pikiran menjadi pengganti rasa.

Dan di sinilah sejarah seperti yang ditulis Armstrong berdiri: sejarah simbol, bukan sejarah hakikat.

Agama bukan simbol. Tuhan bukan mitos. Wahyu bukan karya budaya. Tapi ketika pikiran mendominasi, semuanya dikaburkan oleh penafsiran-penafsiran kosong.

BAB 6: Nabi Muhammad dan Pemulihan Wahyu Terakhir

Datanglah Rasul terakhir. Bukan untuk menciptakan agama baru, tapi untuk mengembalikan agama kepada asalnya.
Islam bukan agama ke-3. Tapi agama pertama yang dipulihkan. Tauhid dikembalikan. Wahyu ditegakkan. Mitos diluruskan. Dan simbol disucikan.

Muhammad SAW adalah penutup para nabi karena beliau membuka kembali jalan langsung kepada Tuhan tanpa ilusi sejarah.
Dan sejak itu, tak ada lagi alasan untuk menyesatkan manusia dengan simbol, filsafat, atau relativisme.

Penutup: Menyusun Ulang Peta Menuju Tuhan

Buku ini bukan akhir. Tapi awal dari pembebasan. Karen Armstrong telah menulis sejarah dari kacamata modernitas. Kini saatnya kita menulis sejarah dari kacamata wahyu.

Tuhan bukan hasil kesepakatan sosial. Bukan produk budaya. Tuhan adalah yang Maha Awal dan Maha Akhir.

Kita tak sedang mencari Tuhan. Kita sedang mengingat-Nya kembali.
Dan mengingat Tuhan adalah puncak sejarah itu sendiri.***

Foto : Dok. Pribadi

Editor : Aab Abdul Malik

(Dul)

Latest Posts

spot_imgspot_img

Don't Miss

Stay in touch

To be updated with all the latest news, offers and special announcements.