Wartain.com || Mata uang Garuda masih rawan tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) lagi. Ini karena indeks dolar AS (DXY) melambung lagi sampai fokus pasar semakin fokus pada data inflasi.
Melansir data Refinitiv, rupiah kembali ambruk terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke posisi Rp16.275/US$ pada perdagangan kemarin, Senin (10/6/2024). Dalam sehari terdepresi 0,53% yang kemudian menghapus penguatan rupiah sepanjang pekan lalu sebesar 0,34%.
Rupiah yang terdepresiasi ditengarai karena aliran asing masih banyak yang keluar. Dari pasar saham di regional market net sell asing mencapai Rp446,59 miliar, sementara di pasar nego dan tunai sudah ada net buy sebesar Rp 150,54 miliar. Namun, jika di total secara keseluruhan masih net sell sebesar Rp296,05 miliar.
Lebih lanjut, investor asing juga tampak keluar dari SBN pada transaksi 3-6 Juni 2024 sebesar Rp 0,66 triliun. Sejak awal tahun, berdasarkan data settlement sampai dengan 6 Juni 2024 tercatat investor asing tercatat jual neto Rp 36,02 triliun di pasar SBN.
Selain karena aliran dana asing yang keluar dari pasar keuangan Tanah Air, mata uang Garuda tertekan dalam karena indeks dolar AS (DXY) kembali melambung. CNBC Indonesia memantau pada Senin malam pukul 19.09 WIB, DXY naik 0,31% ke posisi 105,20.
Selama dolar AS masih menguat, maka mata uang RI masih mendapat tekanan cukup besar. Ditambah sentimen pasar yang fokus menanti dua kabar genting dari negeri Paman Sam terkait inflasi dan pengumuman suku bunga the Fed.
Melihat laman google finance, CNBC Indonesia memantau rupiah sudah terperosok lebih dalam, tercatat pada Selasa dini hari pukul 01.00 WIB, mata uang Garuda ambruk lagi ke posisi Rp16.305,90/US$.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal, rupiah kembali ke dalam tren pelemahan-nya, jika ini berlanjut maka posisi resistance terdekat di Rp16.295/US$ potensi diuji. Apabila ini ditembus tak menutup kemungkinan rupiah bisa ambruk menembus level di atas Rp16.300/US$.
Meski demikian, sebagai pelaku pasar juga patut mencermati support terdekat. Apabila ada pembalikan arah atau rebound bisa ke Rp16.185/US$ yang didapatkan dari low candle intraday pada 7 Juni 2024, sekaligus berdekatan dengan garis rata-rata selama 200 jam atau Moving Average/MA 200.***
Foto : Istimewa
Editor : Aab Abdul Malik
(Redaksi)