Wartain.com, Sukabumi || Sekolah Dasar Negeri (SDN) yang berlokasi di Kampung Ciloma, Desa Cibitung, Kecamatan Cibitung, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, merupakan salah satu SD yang mendapat bantuan berupa perahu dari Gubernur Jawa Barat, melalui program Jabar Quick Respon (JQR), tahun 2022.
Tentunya, bantuan ini sangat besar manfaatnya bagi aktivitas warga sekolah, karena mereka setiap hari harus menumpang perahu kayu, yang lewat untuk pulang dan pergi ke sekolah, dengan waktu tempuh antara 40-60 menit.
Letak sekolah yang berada di pinggir sungai Cikaso yang mengarah ke laut kidul tersebut, tidak memiliki akses jalan darat. Satu-satunya akses menuju sekolah yang berlokasi di Kampung Ciloma, adalah angkutan sungai yang berupa perahu atau sampan. Sehingga akses menuju lokasi banyak sekali hambatannya bagi semua warga sekolah.
Ditemui koresponden, salah seorang guru SDN Ciloma Sihabudin, S.Pd atau yang akrab disapa Obod mengatakan, bantuan gubernur melalui program JQR (Jabar Quick Respon), sangat terasa manfaatnya, karena dengan adanya bantuan ini dapat mempermudah akses warga sekolah (guru dan siswa-red), baik berangkat maupun pulang sekolah.
“Tak hanya jarak dan akses menuju sekolah yang menjadi hambatan, habitat buaya di wilayah sungai juga menjadi ancaman tersendiri bagi siswa dan guru, yang tiap hari harus berangkat dan pulang menyeberangi sungai tersebut,” kata dia kepada awak media, Jum’at, 14/07/2023.
Obod menambahkan, kedatangan bantuan perahu untuk sarana transportasi siswa dan guru, satu sisi bisa menyelesaikan masalah, disisi lain menjadi beban juga buat sekolah. Hal ini, karena pihak sekolah harus menyediakan operator perahu untuk mengangkut warga sekolah pergi dan pulang.
“Karena sekolah belum bisa menggaji operator luar, saya selain menjadi guru juga sekaligus jadi operator perahu, setiap hari harus antar jemput guru dan siswa,” tambah Obod yang sudah 18 tahun jadi honorer di SDN Ciloma.
Disinggung terkait pekerjaan tambahan jadi operator perahu, obod juga menuturkan, pekerjaan ini dia lakukan dengan penuh tanggungjawab, mengingat kebutuhan warga sekolah akan transportasi sangat primer.
“Saya tidak terlalu memikirkan berapa honor mengajar dan operator perahu, yang paling penting kebutuhan guru dan siswa akan transportasi bisa terpenuhi,” ungkap Obod.
Dia sangat menyadari, para siswa dan guru yang bersekolah di SD Ciloma, mayoritas menyebrang Sungai Cikaso pulang pergi, dikarenakan letak sekolah SD Ciloma bersebrangan dengan sungai.
“Setelah sekolah memiliki sendiri alat transportasi (perahu-red), akhirnya guru dan siswa tidak harus menunggu perahu lain, yang melintas dan memiliki tujuan yang sama, sekarang siswa pun tidak lagi kesiangan. Siswa yang berasal dari Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegal Buleud (sebrang sekolah-red) pun, juga tidak harus menyebrang menggunakan perahu warga lagi,” ujar Obod.
Kini siswa SDN Ciloma yang berjumlah 78 ini, bisa tersenyum lebar dengan bantuan dari gubernur tersebut, selain dua perahu juga kini sarana belajarnya sedang diperbaiki. Progam JQR (Jabar Quick Respon) juga memberikan bantuan untuk rehabilitasi lima ruang kelas baru, yang pengerjaanya sudah mencapai tahap akhir.
Diakhir sesi wawancara, Obod berharap, pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap SDN Ciloma, terutama untuk tenaga pengajar, karena di sekolah ketersediaan gurunya tidak memenuhi standar, hanya ada empat orang, dengan komposisi satu orang kepala sekolah dengan status ASN, dan tiga orang tenaga honorer sekolah, yang hanya mendapat penghasilan pas-pasan.
“Sebulan saya hanya menerima honor 800 ribu, saya harap ada perhatian dari pemerintah, status kepegawaian saya naik, kalau tidak ASN minimal jadi PPPK, agar penghasilan saya meningkat dan layak,” pungkas guru kelas lima dan enam SDN Ciloma menutup wawancara.
Harapan Obod mewakili dua rekannya yang lain, juga memiliki status dan nasib yang sama di sekolah tersebut, disampaikan penuh harap dan linangan air mata. Semangat juang yang tinggi tidak menyurutkan motivasinya untuk mencerdaskan anak-anak bangsa.***
(Aab/Ruswandi)