26.7 C
Jakarta
Kamis, Mei 22, 2025

Latest Posts

Rupiah Anjlok, Ini Penyebabnya!!!

Wartain.com, Jakarta || Nilai tukar rupiah kian anjlok hingga mendekati Rp16 ribu per dolar AS. Kurs tercatat Rp15.948 per dolar AS pada Senin 23/10/2023 siang.

Rupiah anjlok 76 poin atau minus 0,48 persen dibandingkan penutupan pada hari sebelumnya. Bahkan, pelemahan rupiah atas dolar AS hari ini menjadi yang terdalam dibandingkan mata uang Asia serta negara maju lainnya.

Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra melihat peluang pelemahan rupiah masih sangat kencang. Ia menyebut faktor eksternal menjadi yang paling berpengaruh dalam lesunya mata uang Garuda.

Ariston menyinggung salah satu biang kerok pelemahan ini adalah sentimen terhadap kekhawatiran kenaikan suku bunga The Fed. Menurutnya, pasar masih akan terus mewaspadai rapat Bank Sentral AS itu hingga akhir Desember 2023.

“Bank Sentral AS masih mengkhawatirkan inflasi yang belum turun ke target 2 persen. The Fed memberi solusi dengan mempertahankan suku bunga tinggi atau menaikkannya sehingga ekonomi AS melambat dan akhirnya inflasi AS bisa turun ke target,” kata Ariston kepada wartawan.

Selain itu, ia mewanti-wanti perang Israel-Hamas yang tidak dapat dipastikan kapan usai. Ariston melihat perang tersebut berpotensi meluas, meski bisa saja mereda akhir tahun ini.

Akan tetapi, dampak perang tersebut jelas menimbulkan kekhawatiran pasar. Pada akhirnya, aset-aset aman, seperti dolar AS semakin perkasa dan melemahkan rupiah.

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong lantas menyinggung kenaikan suku bunga Bank Indonesia sebesar 25 basis point (bps) ke angka 6 persen. Ia mengatakan langkah ini ditempuh demi menekan pelemahan rupiah.

“Rupiah melemah terhadap dolar AS karena naiknya imbal hasil obligasi AS oleh kekhawatiran akan prospek suku bunga The Fed. Investor mengantisipasi data produk domestik bruto (PDB) AS minggu ini yang diperkirakan akan tumbuh kuat 4,2 persen serta data inflasi harga belanja personal (PCE) AS,” bebernya.

Lukman menyebut investor turut mengantisipasi sikap hawkish Gubernur The Fed Jerome Powell yang akan kembali berpidato pekan ini. Ia berpesan agar investor lebih siap apabila rupiah semakin melemah di atas Rp16 ribu hingga akhir tahun.

Dampak ke Ekonomi Indonesia;

Ia mewanti-wanti bahwa pelemahan rupiah yang masih bisa terus terjadi, bahkan melebihi Rp16 ribu per dolar AS.

Ia memperkirakan rupiah berpotensi anjlok ke kisaran Rp16.300-Rp16.500 per dolar AS. Meski begitu, Lukman menilai pelemahan umumnya hanya terhadap dolar AS, di mana mata uang lainnya juga akan ikut melemah.

“Faktor lainnya yang juga berperan adalah kekhawatiran akan eskalasi perang Israel-Hamas dan harga minyak mentah dunia yang kembali tinggi,” katanya.

Jika rupiah pada akhirnya menembus level Rp16 ribu per dolar AS, Lukman mengatakan ini akan berdampak kepada imported inflation. Ini akan membuat kenaikan harga barang dan jasa imbas meroketnya harga barang impor.

“Harga-harga barang impor yang umumnya berdenominasi dolar AS akan lebih mahal. Seperti bahan bakar minyak (BBM) contohnya,” kata Lukman.

Sedangkan Ariston Tjendra menilai pelemahan rupiah akan membebani biaya perusahaan di tanah air. Terutama, jika pengusaha tersebut membutuhkan bahan baku dari negeri orang.

Pada akhirnya, cuan dari pengusaha di tanah air bisa merosot. Bahkan, perusahaan yang masih punya utang dolar AS dan belum punya langkah mitigasi diprediksi kelimpungan dengan lesunya rupiah.

“Petani atau peternak yang memakai barang impor, seperti pupuk atau pakan, juga bisa merasakan kenaikan biaya. Ini bisa berujung ke kenaikan harga barang konsumsi sehingga bisa menyumbang kenaikan inflasi,” tuturnya.

“Kredibilitas rupiah juga bisa dipertanyakan, di mana bisa menimbulkan persepsi bahwa ekonomi Indonesia tidak kuat menahan sentimen eksternal,” tandas Ariston.***

Foto : CNBC Indonesia

Editor : Aab Abdul Malik

(Tim)

Latest Posts

spot_imgspot_img

Don't Miss

Stay in touch

To be updated with all the latest news, offers and special announcements.