Wartain.com, Jakarta || Rupiah menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada awal pekan ini di tengah mulai derasnya arus dana asing.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah dibuka di angka Rp15.580/US$ atau menguat 0,92%. Hal ini melanjutkan tren penguatan kemarin yang juga ditutup menguat 0,79%. Posisi ini juga menjadi yang terkuat sejak 3 Oktober 2023.
Rupiah bahkan terus menguat tajam hingga menyentuh Rp 15.560/US$ pada pukul 09:07 WIB. Artinya, rupiah melesat 1,05%.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada pukul 08.50 WIB naik tipis 0,07% menjadi 105,09. Angka ini sedikit lebih tinggi dibandingkan penutupan perdagangan kemarin (3/11/2023) yang berada di angka 105,02.
Penguatan rupiah hari ini disebabkan sudah masuknya arus modal asing setelah bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) menahan suku bunga pekan lalu. Sentimen positif datang dari dalam negeri akibat capital inflow yang semakin membanjiri pasar keuangan domestik.
Data BI berdasarkan transaksi 30 Oktober – 2 November 2023, investor asing mencatat net buy sebesar Rp4,07 triliun di pasar SBN, jual neto Rp2,84 triliun di pasar saham, dan Rp1,61 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Dengan kata lain total capital inflow sebesar Rp2,83 triliun.
Capital inflow tercatat cukup baik sejak minggu ke-4 Oktober. Pada data transaksi 23-26 Oktober 2023, tercatat total capital inflow sebesar Rp1,04 triliun didominasi oleh net buy SBN Rp2,18 triliun.
Hal ini menjadi pendorong untuk mata uang Garuda dapat lebih stabil ke depannya dan diharapkan terjadi penguatan terhadap dolar AS.
Pergerakan rupiah hari ini juga akan dibayangi oleh pengumuman realisasi pertumbuhan ekonomi. Pada siang hari ini (6/11/2023), BPS akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III-2023. Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi memperkirakan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,03% (year on year/yoy) dan 1,71% (quartal to quartal/qtq) pada kuartal III atau Juli-September 2023.
Sebagai catatan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,17% (yoy) dan 3,86% (qtq) pada kuartal II-2023. Sementara itu, ekonomi Indonesia tumbuh 5,73% (yoy) dan 1,83% (qtq) pada kuartal III-2022.
Konsensus menilai PDB kuartal-III berpotensi berada lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya mengingat konsumsi masyarakat tidak sebesar saat kuartal-II khususnya pada saat itu terdapat lebaran yakni Hari Raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha sudah berlangsung pada periode April-Juni tahun ini.
Lebih lanjut, inflasi yang mengalami peningkatan. Dilansir dari detik.com, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan harga pangan di akhir tahun memang mengalami peningkatan, namun dia meyakini inflasi tetap terkendali. Inflasi di akhir tahun diprediksi 3%.
Tingginya harga pangan ini menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Alhasil tingkat konsumsi relatif mengalami penurunan dan pertumbuhan ekonomi pun ikut diproyeksikan tidak setinggi kuartal-III 2023.***
Foto : market bisnis
Editor : Aab Abdul Malik
(Ruswandi)