Wartain.com, Sukabumi || Satu dekade lalu, industri parfum di Indonesia seperti menjadi hak eksklusif bagi negara-negara benua Eropa, secara khusus Prancis dan Italia. Namun saat ini masyarakat sudah mulai menyadari potensi yang dimiliki oleh parfum lokal Tanah Air.
Hanya saja, masih banyak tantangan yang harus dihadapi produsen parfum lokal untuk dapat bersaing dengan pemain bisnis yang sudah punya nama besar.
Sadar akan potensi industri parfum lokal Tanah Air, Muhammad Endang (24), Ega Nurdiansyah (24) dan Regi Apriliansyah (25), tiga pemuda asal Sukabumi, Jawa Barat, kini terbilang sukses menjalankan bisnis parfum.
Berawal dari obrolan kecil diwarung kopi mereka bertiga mempunyai pemikiran yang sama untuk membuat usaha kecil kecilan, dan akhirnya mereka sepakat untuk membuat usaha parfume yang mereka produksi sendiri di rumah di Kampung Kararangge, RT 04 RW 01, Desa Gunungguruh, Kecamatan Gunungguruh, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.
Mereka menamai bisnis parfumnya dengan nama Meer Parfum. Uniknya, nama Meer sendiri merupakan inisial awal dari nama mereka bertiga Muhamad Endang, Ega dan Regi (Meer).
Dengan modal awal 5 juta rupiah, saat ini mereka mengaku bisa memeproduksi sekitar 100 botol parfum perbulannya. Dengan menawarkan empat varian parfum, Wind dan Nixie yang jadi produk andalan mereka, serta Aluvial dan Finiks.
Kendala datang kala pemerintah untuk sementara melarang TikTok Shop beroperasi. Pasalnya, mereka memasarkan produk mereka melalui platform tersebut.
“Kendala sekarang ada di pemasaran, apalagi setelah tiktok shop di tutup penjualan menjadi turun drastis, sebelum di tiktok shop di tutup penjualan lumayan stabil satu minggu bisa terjual hingga puluhan botol parfume, setelah tiktok shop di tutup penjualan hanya mengandalkan online shop dan pelanggan terdekat, dan laku hanya terhitung 5-10 botol perminggu nya. Selain itu banyaknya persaingan merk merk lain dan perusahaan perusahaan besar menjadi salah satu kendala kami melalui pemasaran di lapangan,” kata Ega salah satu owner Meer Parfum kepada Wartain.com.
Ega mengaku, sebelum TikTok Shop ditutup, mereka bisa meraup keuntungan sekitar 1,2 juta rupiah perminggunya.Namun setekah platform tersebut di tutup dirinya hanya mampu dapat keuntungan sekitar 250 ribu rupiah perminggunya.
Dirinya berharap usaha wewangiannya dapat berkembang tidak hanya memproduksi parfum, tapi merambah ke wewangian lain.
“Semoga kedepannya usaha wangi wangian kita bisa lebih maju lagi dan berkembang tidak hanya produksi parfume saja, tapi kita mempunyai planning membuat wangi wangian lainnya, seperti pengharum ruangan, pengharum mobil, pewangi pakaian dan wangi wangian lainnya,” harapnya.
“Harus tetap semangat, dan yakin karena dizaman ini zaman dimana kita sangat dipermudah dalam segala hal, konsisten dan kejujuran adalah hal yang paling utama dalam menajalani usaha,” pesan Ega untuk anak muda yang ingin terjun ke dunia bisnis.***
Foto: Wartain.com/Raika Putra Damara
Reporter: Ruswandi
Editor: Raka A. Firmansyah