Wartain.com, Kota Bandung || Bagi pecinta kuliner, sambil jalan-jalan ke Kota Bandung, untuk mengisi liburan atau hanya sekedar mencari makan, kurang lengkap rasanya, kalau tidak mampir ke salah satu cafe yang ada di daerah Dago.
“Cafe Pipir Imah“, nama yang unik dan sangat familiar ditelinga masyarakat Sunda. Memberikan warna sajian tradisional, dipadukan dengan menu modern, banyak sekali varian-varian yang dapat dipesan di cafe ini.
Letaknya yang sangat strategis, tepat berada di Jalan Dago Pakar Barat No 10 Kabupaten Bandung, sangat cocok untuk semua kalangan. Suasana yang asri dan sejuk, disertai pesona alam pegunungan, membuat betah bagi para pengunjung.
Mulai usaha tahun 2019, memanfaatkan lahan kebun milik keluarga, yang tidak terpelihara, sampai di jadikan Tempat Pembuangan Sampah (TPS), oleh warga setempat yang tidak bertanggung jawab.
Pemilik sekaligus pencetus usaha cafe, Ibu Keni (55) menuturkan, usaha ini digagas oleh semua keluarga, supaya lahan yang terbengkalai ada manfaatnya, maka semua sepakat untuk membuka cafe.
Cafe yang luas ukurannya sekitar kurang lebih 1000m², dijadikan tempat nongkrong para wisatawan baik lokal maupun mancanegara, sambil mencicipi hidangan yang disajikan. Selain itu, cafe tempat ini juga, bisa dijadikan untuk wedding dan acara acara formal lain nya.
Bagi para pengunjung perlu tahu, cafe ini membuka jam operasional, dari jam 11.00 siang dan tutup jam 23.00 malam, tergantung ramai sepinya pelanggan.
Memulai usaha dengan modal awal 100 juta, cafe ini terus bertahan walupun sempat dihantam badai covid-19. Justru, ketika Pandemi melanda, cafe ini juga sering digunakan untuk kegiatan vaksinasi, oleh Dinas Kesehatan, Polsek maupun Puskesmas setempat.
Mengusung tema jajanan kaki lima, tapi rasa bintang lima, cafe ini selalu ramai pengunjung baik weekdays maupun weekend, alasannya sangat sederhana, karena cafe ini selalu melayani tamu dengan slogan, “Sapa, Sopan dan Senyum”.
“Kalau banyak pengunjung terkadang kita kewalahan, tapi berkat kerjasama karyawan, Alhamdulillah semua bisa teratasi dan terlayani”, tuturnya.
Ibu Keni melanjutkan, omset perhari sebelum pandemi dan saat pandemi bisa mencapai 3-5 juta perhari, walupun pernah juga hanya dapat 500 ribu sehari.
“Yang namanya usaha ya begitu, kadang naik kadang juga turun, kalau lagi rame ya lumayan besar, tapi kalau lagi sepi ya kecil lagi pendapatannya”, tambah Ibu Keni.
Beliau berharap, usahanya ingin lebih maju, karna untuk kemajuan keluarga juga, dan mudah – mudahan usahanya bisa terus eksis dan bertahan secara turun temurun.
“Tempat ini, di jadikan ajang untuk mempererat tali persaudaraan, dan semoga menjadi tempat yang lebih bermanfaat, selain untuk keluarga juga untuk warga masyarakat lingkungan sekitar, karna mereka juga ikut mendukung adanya “Cafe Pipir Imah“, harapnya.
Dalam sesi terkahir wawancara Ibu Keni berpesan. “Jangan takut untuk memulai, jangan takut untuk mencoba, jalani saja, mengalir seperti air, karna usaha tidak akan mengkhianati hasil, dari pada ngumpul – ngumpul gak jelas, mending memulai usaha kecil kecilan”, pungkasnya.***
(Ruswandi/Godam/M. Nabil )