Wartain.com, Kota Sukabumi || Inflasi dibeberapa daerah dipengaruhi banyak faktor. Seperti yang terjadi di Kota Sukabumi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Kota Sukabumi pada September 2023 terjadi inflasi 2,78 persen secara tahun ke tahun (yoy) atau 0,23 persen secara bulan ke bulan (mtm). Sebelumnya pada Agustus 2023, Kota Sukabumi tercatat mengalami inflasi 3,91 persen.
“Pada September 2023 terjadi inflasi year on year (yoy) sebesar 2,78 persen di Kota Sukabumi dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 115,74,” ujar Kepala BPS Kota Sukabumi Urip Sugeng Santoso dalam laporannya, Senin 09/10/2023. Disebutkan,
inflasi September terjadi karena adanya kenaikan harga bahan makanan dan tembakau.
Pada September, secara tahun ke tahun (yoy) kelompok makanan minuman dan tembakau, dengan inflasi sebesar 1,71% dan andil inflasi sebesar 0,09%. Komoditas penyumbang inflasi secara YOY terbesar adalah beras dengan andil inflasi sebesar 0,51%, rokok kretek filter 0,30%, daging ayam ras dan rokok putih masing-masing 0,12%.
Harga pakaian dan alas kaki juga turut menyumbang inflasi YOY di Kota Sukabumi sebesar 4,52%. Posisi IHK kelompok ini pada September 2022 sebesar 117,7 persen dan naik menjadi 122,46 persen pada September 2023.
“Beberapa komoditas subkelompok alas kaki mengalami deflasi YOY sebesar 2,29 persen,” ujarnya.
Kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga juga turut menyumbang inflasi sebesar 0,10 persen. Tercatat sewa dan kontrak rumah mengalami inflasi sebesar 0,94%, listrik dan BBM inflasi 1,37%, sedangkan penyediaan air dan layanan perumahan lainnya tidak mengalami perubahan indeks.
Kemudian, kelompok penyumbang inflasi lainnya di antaranya transportasi inflasi sebesar 0,58% (mtm) atau 1,18% (yoy), kelompok informasi dan jasa keuangan sebesar 0,87% (mtm) atau 1,18% (yoy), dan biaya pendidikan inflasi sebesar 0,07% (mtm) atau 0,04% (yoy).
Sedangkan yang mengalami deflasi atau penurunan nilai indeks adalah kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,29% serta perawatan pribadi dan jasa lainnya 0,11%.
“Yang tidak mengalami inflasi maupun deflasi adalah kelompok kesehatan, dan kelompok penyedia makanan, minuman serta restoran,” tutupnya.***
* Berbagai Sumber
Foto : BPS Pusat
Editor : Aab Abdul Malik
(Ruswandi)