Wartain.com || Pada masa Pajajaran diperintah oleh Ratu Nilakendra (Menjabat 1551-1567) hubungan Pajajaran dan Banten memburuk. Perang diantara kedua Kerajaan pun tak terelakan.
Pada mulanya, Perang terjadi di wilayah perbatasan kedua Kerajaan, akan tetapi dari hari ke hari perang terus meluas sehingga menyebabkan kerugian diantara keduanya.
Sultan Hasanuddin ( Menjabat 1552-1570) memutuskan untuk menyerang Ibu Kota Pajajaran dengan tujuan menaklukannya. Namun selama 9 tahun melakukan upaya Perbutan selalu gagal. Ibu Kota Pajajaran dikisahkan kokoh sebab dikelilingi Benteng alam dan Benteng Keraton yang kuat.
Muak telah gagal berkali-kali dalam penyerbuan, maka Guna menjebol Benteng, Banten akhirnya menawarkan iming-iming hadiah kepada siapapun yang berhasil membuka Pintu Gerbang Kota dengan uang dan kedudukan. Iming-iming ini membuat salah seorang Tentara Pajajaran penjaga Benteng gelap mata ia berkhianat pada negerinya. Nama tokoh Pajajaran yang berkhianat itu adalah Ki Jonggo.
Ki Jonggo adalah tentara rendahan yang sering di buli, meskipun pengabdiannya kepada Pajajaran terbilang lama ia tidak pernah naik pangkat, sehingga ia dendam dan memilih menjadi penghianat.
Akhirnya, ketika Banten melakukan serangan kembali ke Pakuan, salah satu pintu gerbang Kota dibuka oleh Ki Jonggo, akibatnya Tentara Banten mampu menguasai Pakuan dengan cepat dan menawan Kota, bahkan Istana akhirnya dapat diduduki.
Untungnya, Ratu Nilakendra, sebagai Raja Pajajaran telah terlebih dahulu melarikan diri. Meskipun Ibu Kota Pajajaran telah direbut, Pajajaran pada masa ini masih berdiri, sebab Raja Pelarian itu mendirikan Ibu Kota darurat di daerah pedalaman.***
Foto : Ilustrasi/Sejarah Cirebon
Editor : Aab Abdul Malik
(Redaksi)