Wartain.com || Sehari setelah aksi demonstrasi menolak pengesahan Undang-Undang TNI di depan gedung DPRD Kota Sukabumi, dampak kerusuhan masih terlihat jelas di sekitar lokasi. Pada Selasa (25/3/2025) siang, kondisi pedestrian di Jalan Ir. H. Juanda tampak berantakan, dengan sejumlah fasilitas mengalami kerusakan akibat bentrokan antara massa aksi dan aparat kepolisian.
Salah satu kerusakan yang paling mencolok adalah gerbang gedung DPRD Kota Sukabumi yang jebol akibat dorongan massa aksi. Gerbang di sisi kiri kini tidak lagi memiliki pagar, sementara kawat berduri yang sebelumnya digunakan sebagai pembatas pengamanan masih berserakan di sekitar area demonstrasi. Selain itu, coretan berisi kritik terhadap kepolisian dan DPR menghiasi pedestrian, dan poster-poster protes masih tertempel di tembok gedung dewan.
Tak hanya itu, sisa-sisa water barrier berwarna oranye yang terbakar pada malam sebelumnya juga masih berceceran di pinggir Jalan RE Martadinata.
Petugas keamanan DPRD Kota Sukabumi, Muhamad Farid, mengaku terkejut saat melihat kondisi kantor dewan yang porak-poranda setelah aksi demonstrasi.
“Pagi ini kaget lihat kantor seperti ini. Dari yang awalnya bersih dan rapi, sekarang kelihatan hancur karena aksi mahasiswa yang anarkis. Syok aja sih, nggak biasa,” ujarnya, Selasa (25/3/2025).
Selama satu tahun bertugas, Farid menilai demonstrasi kali ini adalah yang paling parah dampaknya terhadap fasilitas gedung. Namun, ia juga memahami bahwa ini mungkin merupakan bentuk ekspresi dari para demonstran.
“Yang rusak paling parah itu pagar. Ada juga bekas-bekas cat, tapi masih bisa dibersihkan. Demo kemarin benar-benar besar, sampai kerusakannya lebih dari biasanya. Bisa disayangkan, bisa juga tidak, mungkin ini cara mereka menyampaikan pendapat. Tapi sebaiknya demo tidak merusak fasilitas negara,” katanya.
Ketua DPRD Kota Sukabumi, Wawan Juanda, menyatakan bahwa pihaknya akan segera memperbaiki kerusakan akibat demonstrasi tersebut.
“Kami sudah sepakat dengan pimpinan dan Sekwan untuk segera mengganti gerbang yang rusak dengan yang lebih baik,” kata Wawan.
Namun, di tengah rencana renovasi, muncul spekulasi mengenai transparansi anggaran perbaikan. Menanggapi hal ini, Wawan menepis tudingan bahwa dana renovasi berasal dari anggaran yang tidak jelas atau hasil efisiensi.
“Renovasi ini murni bantuan CSR dari Bank Jabar Banten (BJB), tidak ada penggunaan dana yang tidak transparan,” tegasnya.
Sebelumnya, aksi unjuk rasa pada Senin (24/3/2025) sore berujung bentrokan. Massa aksi melemparkan cat ke arah barisan polisi, yang kemudian membalas dengan menyemprotkan air dari water cannon. Sekitar pukul 17.45 WIB, polisi membubarkan massa, menyebabkan peserta aksi berhamburan.
Akibat bentrokan ini, beberapa demonstran mengalami luka-luka dan dilarikan ke RSUD R. Syamsudin SH. Seorang anggota kepolisian juga dilaporkan terluka dalam insiden tersebut.
Meski demonstrasi telah berakhir, sisa-sisa ketegangan masih terasa, terutama terkait perbaikan fasilitas dan tuntutan transparansi anggaran. Sementara itu, kritik terhadap penanganan aksi oleh aparat masih menjadi perbincangan di kalangan mahasiswa dan aktivis.***(RAF)
Editor : Aab Abdul Malik