26.7 C
Jakarta
Minggu, Juli 13, 2025

Latest Posts

Nilai-nilai Luhur dalam Ibadah Kurban : Tauhid, Spiritual, Sosial, dan Moral

Wartain.com || Kata kurban menurut etimologi berasal dari bahasa Arab “qariba – yaqrabu – qurban wa qurbanan wa qirbanan”, yang artinya dekat (Ibn Manzhur: 1992:1:662; Al Munawir:1984:1185). Hal ini maksudnya kurban adalah ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan cara mengerjakan perintah-Nya.

Sedangkan dalam pengertian syariat, kurban adalah menyembelih hewan ternak yang memenuhi syarat tertentu yang dilakukan pada hari raya Idul Adha 10 Dzulhijjah dan hari tasyrik yakni tanggal 11, 12, dan 13 Zulhijjah semata-mata untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.

Dalam Kitab I’anatu Thalibin, hukum ibadah kurban adalah sunnah muakkad bagi orang yang merdeka dan mampu. Dijelaskan pula bahwa kurban merupakan salah satu ibadah yang sangat dianjurkan dalam Islam, terutama bagi mereka yang memiliki kemampuan finansial untuk melakukannya. (I’anatu Thalibin)

Kurban bukan sekedar Penyembelihan biasa, didalamnya mengandung banyak aspek penting yang berkaitan erat dengan ketakwaan. Takwa sendiri merupakan esensi dari disyari’atkannya ibadah Kurban sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-hajj ayat 37:

“Daging (hewan kurban) dan darahnya itu sekali-kali tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang sampai kepada-Nya adalah ketakwaan kamu. Demikianlah dia menundukkannya untukmu agar kamu mengagungkan Allah atas petunjuk yang Dia berikan kepadamu. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik”. (QS Al-Hajj : 37)

Ayat diatas menegaskan bahwa yang sampai kepada Allah dari kurban yang dilakukan umat bukanlah daging dan darah kurban, tetapi takwa mereka. Ketakwaan merupakan esensi kualitas diri yang membuat pemiliknya dapat memperoleh al-khairat; kebaikan-kebaikan yang bermanfaat.

Hikmah Ibadah Kurban

Berkurban merupakan manifestasi bentuk Taqarrub dan syukur umat Muslim kepada Allah SWT atas segala anugerah nikmat yang diberikan. Kandungan ibadah kurban meliputi empat nilai fundamental yang mencerminkan bentuk Ketakwaan, yaitu:

1. Ketaqwaan meliputi nilai Tauhid

Ketauhidan dalam ibadah kurban sangat kental, karena didalamnya terdapat perjuangan yang sangat monumental yang dilakukan Nabi Ibrahim as. Beliau rela mengorbankan anak yang sangat dicintainya yaitu Ismail untuk disembelih sesuai perintah Allah SWT.

Peristiwa ini mengajarkan kepada manusia sikap bertauhid yang sesungguhnya yaitu kepasrahan secara totalitas atas segala perintah dan ketentuan Alloh SWT.
Nabi Ibrahim as. mampu membebaskan dirinya dari penghambaan kepada materi (dalam hal ini anaknya) dan juga non materi ( dalam hal ini ego nya) menuju penghambaan kepada Allah semata. Melalui ibadah ini, ia memperlihatkan keimanan, ketundukan, keikhlasan dan ketaatannya kepada Allah. Firman Allah QS. Ash-Shaaffat ayat 102, yang Artinya:

“Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS. Ash-Shaaffat: 102)

2. Ketaqwaan meliputi nilai Spiritual

Ibadah kurban merupakan wujud keimanan dan keikhlasan seorang Muslim dalam melakukan pengabdian hidup kepada Allah SWT, semata-mata karena ingin mendapat ridha Allah SWT. Hanya kekuatan spiritual yang bisa menggerakan seseorang untuk mengorbankan hartanya dalam bentuk penyembelihan hewan kurban, tidak ada kepentingan yang menjadi sandaran ibadah tersebut tetapi semata-mata karena ingin menduduki kemuliaan disisi Allah SWT.

Nilai spiritual yang menghujam dalam diri pekurban semakin kokoh karena kebersihan jiwa dari segala penyakit kikir, dan dosa-dosa terampuni dari semenjak tetesan dan aliran darah hewan kurban yang keluar. Rasulullah SAW bersabda:

Dari ‘Imran bin Hushain ra.: Bahwasanya Rasulullah Saw. bersabda: “Hai Fatimah, pergilah lihat hewan sembelihanmu dan saksikanlah. Maka sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa yang kamu perbuat sejak tetes darah pertama hewan kurban itu mengalir. Lalu katakanlah: “sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam, tiada sekutu bagi-Nya karena itulah aku diperintahkan dan aku adalah yang pertama berserah diri (menjadi muslim).” ‘Imran berkata: “saya lalu bertanya, wahai Rasulullah, ini khusus untuk engkau dan keluargamu, atau apakah untuk keluarga itu atau untuk seluruh umat muslim?” Rasulullah Saw. bersabda: “itu tadi berlaku untuk semua muslim.” (H.R. al-Hakim, sanadnya Shahih namun al-Bukhari dan Muslim tidak meriwayatkannya).

3. Ketaqwaan meliputi nilai Sosial

Dalam ibadah kurban, terdapat nilai-nilai sosial yang dimanifestasikan melalui pendistribusian daging qurban kepada orang lain, terutama mereka yang lemah secara ekonomi. Bagi sebagian orang, hari raya Idul Adha sangat ditunggu-tunggu. Karena alasan ekonomi, mereka hanya bisa menyantap daging di momen Idul Adha. Maka bagi orang dhuafa mengkonsumsi daging hewan merupakan keinginan yang tidak banyak mereka temui setiap saat. Merupakan sebuah kebahagiaan bagi mereka yang mendapatkan daging kurban sekalipun hanya satu kali dalam setahun.

Nilai sosial yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah kurban mampu menghilangkan egoisme orang kaya dengan memperbanyak kepedulian, kepekaan dan berbagi dengan sesama manusia lainnya yang memiliki kelemahan dalam perekonominya. Sehingga terwujudlah kerukunan hidup dalam bermasyarakat  tanpa ada kesenjangan sosial yang terbuka.

Bahkan nilai sosial dalam momen penyembelihan hewan kurban sangat menarik perhatian semua orang, bukan hanya bagi kalangan muslim termasuk non muslimpun ikut merasakannya. Pembagian hewan kurban tidak pandang bulu apakah orang itu beragama Islam atau bukan. Dengan begitu, daging yang diserahkan kepada non muslim dinilai sebagai bagian syiar agama Islam yang mensiratkan keagungan nilai sosial dalam ajaran Islam.

4. Ketaqwaan meliputi nilai Moral

Pesan-pesan moral yang ditujukan dalam ibadah kurban melalui simbol-simbol yang terkandung didalmnya.

Ibadah kurban menyiratkan bahwa sifat-sifat dan karakter kebinatangan yang tidak mempunyai aturan, menghalalkan segala cara demi memuaskan nafsu harus dihapuskan dalam diri manusia.

Penggantian Ismail dengan kambing kibas oleh Allah memberikan pelajaran bahwa nyawa manusia harus dihargai. Allah menyatakan bahwa barangsiapa yang menghilangkan nyawa seorang manusia, seolah-olah telah menghilangkan nyawa manusia seluruhnya.

Ibadah Kurban mengandung makna pembebasan manusia dari kesewenang-wenangan manusia atas manusia lainnya. Ketika Allah menggantikan Ismail dengan seekor binatang, tersirat pesan yang menyatakan agar manusia tidak lagi menginjak-injak harkat dan derajat manusia dan kemanusiaan.

Penutup

Apa yang dicontohkan Nabi Ibrahim dan putranya nabi Ismail adalah sebuah bentuk Ketakwaan yang agung, adanya sebuah tragedi pengorbanan hamba Allah yang tidak pernah terjadi sepanjang sejarah umat manusia. Kita hanya diperintahkan berkurban dengan hewan ternak, bukan dengan anak kita. Tapi terkadang kita, jangankan memotong anak kita:
Kita masih berfikir memotong 2,5% harta untuk dikeluarkan zakatnya,
Kita masih keberatan memotong sedikit waktu untuk sholat 5 waktu,
Kita masih tidak sabar untuk menunda lapar sebentar dalam berpuasa,
Dan saat ini tidak sedikit orang masih pikir-pikir 1000 keliling untuk berkurban di hari raya idul adha dan hari tasyrik, padahal dia mampu…

Demikianlah beberapa hikmah yang terkandung dalam ibadah Kurban semoga Alloh SWT memampukan kita semua untuk menunaikan ibadah Kurban dengan sebaik-baiknya, sebagai wujud dari keimanan dan ketakwaan kita. Dan semoga Alloh SWT menerima ibadah kurban kita semuanya, Aamiin.***

Foto : Istimewa

Editor : Aab Abdul Malik

(Dul)

Latest Posts

spot_imgspot_img

Don't Miss

Stay in touch

To be updated with all the latest news, offers and special announcements.