26.7 C
Jakarta
Jumat, Oktober 31, 2025

Latest Posts

Siswi MTs di Sukabumi Diduga Jadi Korban Bullying, Keluarga Tolak Upaya Damai

Wartain.com || Seorang siswi Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) 3 Cikembar, Kabupaten Sukabumi, berinisial AK atau Eneng (14), ditemukan meninggal dunia diduga akibat bunuh diri, Selasa (28/10/2025) malam. Dugaan perundungan di lingkungan sekolah mencuat setelah keluarga menemukan surat yang ditulis korban berisi keluhan terhadap perlakuan teman-temannya.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 23.00 WIB di rumah korban di Kampung Bojong Kaler, Kecamatan Cikembar. Korban pertama kali ditemukan oleh neneknya dalam keadaan tergantung di pintu kamar. “Neneknya pas keluar kamar terhalang pintu, setelah dilihat ternyata cucunya yang menggantung. Warga langsung berdatangan,” kata Sekretaris Desa Bojongkaler, Dede Nuryadin, Kamis (30/10/2025).

Pihak kepolisian bersama petugas dari Puskesmas, Danramil, dan Satpol PP kemudian mendatangi lokasi untuk melakukan pemeriksaan. Korban diketahui tinggal bersama ibu dan neneknya, sementara ayahnya bekerja di luar daerah.

Keluarga menyebut, korban sempat mengeluh ingin pindah sekolah karena merasa tidak nyaman dengan perlakuan teman-temannya. “Dua minggu sebelum kejadian, ibunya sempat menyampaikan ke wali kelas bahwa anaknya ingin pindah sekolah,” ujar paman korban, Topik Walhidayat (35).

Topik mengatakan, keluarga meyakini isi surat yang ditemukan mengarah pada dugaan perundungan verbal. “Ada surat yang ditulis korban, di situ jelas tertulis ia sakit hati dengan perkataan teman di kelas. Kami menduga kuat ini ada unsur bullying,” katanya.

Menurut Topik, keluarga menolak upaya damai dan meminta proses hukum berjalan. “Ini bukan salah paham biasa, ini soal nyawa. Kami ingin kasus ini diselesaikan secara hukum,” tegasnya.

Kepala Sekolah MTsN 3 Cikembar, Wawan Setiawan, menyatakan pihak sekolah tidak menemukan indikasi perundungan selama korban bersekolah. “Ananda A siswa berprestasi, aktif di Pramuka, bahkan baru menjadi petugas upacara. Kami sudah melakukan mediasi saat ada perselisihan dengan kakak kelas, dan mereka sudah rukun,” ujarnya.

Namun, Kementerian Agama Kabupaten Sukabumi membenarkan adanya perselisihan kecil antara korban dengan kakak kelasnya. “Ada sedikit perselisihan antara siswa kelas VIII dan IX. Tidak sampai fisik, tapi ada perbedaan pendapat yang menimbulkan ketidaknyamanan,” kata Kasubbag TU Kemenag Kabupaten Sukabumi, Agus Santosa.

Agus menambahkan, perundungan verbal sering kali dianggap candaan oleh siswa. “Kadang ada ucapan yang dianggap bercanda tapi sebenarnya sudah masuk kategori perundungan,” ujarnya.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Kabupaten Sukabumi, Agus Sanusi, mengatakan pihaknya akan memberikan pendampingan kepada keluarga dan siswa yang terlibat. “Kami mendorong guru dan orang tua lebih peka terhadap tanda-tanda tekanan psikologis anak,” katanya.

Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Sukabumi, Ferry Supriyadi, menilai kasus ini menjadi tamparan bagi konsep “Sukabumi Ramah Anak”. “Kita selalu bangga dengan predikat ramah anak, tapi faktanya masih ada anak yang kehilangan nyawa karena tekanan di sekolah. Ini tanda pengawasan belum berjalan efektif,” ujarnya.

Ferry mendorong adanya sistem pencegahan dan deteksi dini perundungan di sekolah. “Kasus seperti ini tidak boleh disikapi reaktif. Harus ada sistem perlindungan anak yang berkelanjutan,” katanya.

Hingga kini, Polres Sukabumi masih menyelidiki penyebab pasti kematian korban dan dugaan adanya unsur perundungan. Belum ada pihak yang ditetapkan sebagai tersangka.

Kasus ini menjadi sorotan publik dan memunculkan pertanyaan besar tentang sejauh mana implementasi konsep sekolah ramah anak benar-benar berjalan di lapangan.***(RAF)

Editor : Aab Abdul Malik

Latest Posts

spot_imgspot_img

Don't Miss

Stay in touch

To be updated with all the latest news, offers and special announcements.