26.7 C
Jakarta
Sabtu, Januari 11, 2025
Beranda blog Halaman 35

Wabup Sukabumi Hadiri Rapat Paripurna Evaluasi TMMD Tahun 2024

0

Wartain.com || Wakil Bupati Sukabumi H Iyos Somantri menghadiri Rapat Paripurna perihal evaluasi TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) tahun 2024, di Aula Nasution Lt.3 Mabes TNI AD, Jalan Veteran nomor 5 Gambir Jakarta Pusat, Kamis, 05/12/2024.

Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak dalam amanatnya yang di bacakan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad), Letnan Jenderal TNI Tandyo Budi R mengucapkan trimakasih terkait dengan pelaksanaan program TMMD. Menurutnya, program tersebut merupakan manifestasi nyata dari kemanunggalan TNI dan rakyat.

“Program ini hadir sebagai solusi terbaik lintas sektoral untuk menjawab tantangan di daerah pedesaan khususnya daerah tertinggal, terisolasi perbatasan daerah lain,” jelasnya.

Kasad menjelaskan, sepanjang tahun 2024 TMMD telah menyentuh 175 Kabupaten. Respon positif masyarakat dan turut berkontribusi bersama TMMD menjadi bukti bahwa pembangunan mampu berdampak positif.

“Tanggung jawab kita tidak sampai di sini, saya menghimbau kepada pemerintah agar terus memelihara dan mengembangkan hasil TMMD,” ucapnya.

Wabup Sukabumi Hadiri Rapat Paripurna Evaluasi TMMD Tahun 2024

Agar manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat sambungnya, tahun 2025 TMMD memasuki fase baru dengan cakupan yang lebih luas sehingga dirasakan dalam 4 tahap di 200 Kodim dan 15 Kodam yakni TMMD ke 123 sampai 126.

“Strategi ini dirancang untuk memastikan keberlanjutan akselerasi pemerataan pembangunan sekaligus memperkuat pertahanan wilayah dan meningkatkan sinergi dan optimal,” pungkasnya.

Wakil Bupati Sukabumi H Iyos Somantri menyampaikan bahwa program TMMD Kabupaten Sukabumi yang telah berjalan beberapa tahun lalu dinilai cukup baik sesuai dengan target yang diharapkan.

“Alhamdulillah program TMMD Kabupaten Sukabumi 2024 berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan,” ujarnya.

Wabup berharap, adanya keberlanjutan TMMD kedepan dapat memberikan dampak positif terhadap pemerataan pembangunan di Kabupaten Sukabumi.***

Foto : Pemkab Sukabumi

Editor : Aab Abdul Malik

(Intan)

Relawan Gesit Salam Setara Chapter Sukabumi, Berikan dan Salurkan Bantuan Bencana di Desa Sukamaju

0

Wartain.com || Relawan Gesit Salam Setara Chapter Sukabumi. Menyerahkan bantuan kepada 99 Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah 284 jiwa yang terdampak akibat pergerakan tanah di Kampung Cihonje dan Kampung Cijambe, Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, Rabu 04/12/2024.

Diketahui di wilayah Kabupaten Sukabumi ada pergerakan tanah yang dipicu oleh curah hujan tinggi sehingga menyebabkan rusaknya rumah warga dan memaksa sejumlah warga untuk mengungsi.

Bantuan yang diserahkan berupa alas tidur, sembako, dan obat-obatan yang merupakan hasil donasi dari masyarakat melalui platform donasi online KitaBisa.

Penyaluran ini terlaksana berkat kerja sama antara Relawan Gesit Salam Setara, Winakara Foundation, dan pemerintah setempat.

Ketua Relawan Gesit Salam Setara Chapter Sukabumi Revin Ramdani menyampaikan, “Bantuan ini merupakan titipan dari orang baik yang telah berdonasi di aplikasi KitaBisa dan sebagai respon cepat dari para relawan Gesit di Kabupaten Sukabumi untuk ikut membantu para korban bencana.” kata Revin kepada jurnalis wartain.com Rabu 05/12/2024.

Relawan Gesit Salam Setara Chapter Sukabumi, Berikan Salurkan Bantuan Bencana di Desa Sukamaju

Hal senada juga diungkapkan Rian Munajat, perwakilan dari Winakara Foundation. “Kami menghaturkan terima kasih kepada para orang baik yang telah memberikan bantuannya, serta kepada LAZ Salam Setara dan KitaBisa yang senantiasa berkolaborasi secara aktif dalam membantu berbagai masalah sosial di Kabupaten Sukabumi.” ucap Rian kepada jurnalis wartain.com Rabu 05/12/2024 melalui pesan whatsapp.

Mereka berharap penyaluran bantuan ini dapat meringankan beban para korban longsor dan menjadi langkah awal untuk pemulihan.

“Dukungan dari masyarakat luas menjadi bukti nyata semangat solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Mari bersama-sama terus membantu mereka yang membutuhkan,” pungkas Rian.

Acara tersebut dihadiri pemdes Sukabumi, Babinsa, Bhabinkamtibmas dan stakeholder yang terlibat.***

Foto : Istimewa

Editor : Aab Abdul Malik

Reporter : Intan Fitri Utami

Waspada! BMKG Beri Peringatan Banjir Bandang di Sukabumi, Potensi  Hujan Ekstrim Berlanjut Hingga Maret 2025

0
Oplus_0

Wartain.com || Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengingatkan warga Sukabumi dan sekitarnya untuk tetap waspada terhadap potensi banjir bandang. BMKG memperkirakan curah hujan tinggi yang baru saja dimulai akan berlangsung hingga Maret 2025.

“Saat ini kita baru memasuki awal musim hujan, dan kondisi lahan di beberapa wilayah telah banyak berubah. Hal ini meningkatkan risiko banjir bandang. Oleh karena itu, kami mengimbau masyarakat untuk tetap siaga, karena curah hujan tinggi diperkirakan terus terjadi hingga Maret 2025,” ujar Dwikorita, dalam rilis resmi BMKG, Kamis 05/12/2024.

Dwikorita menegaskan bahwa curah hujan tinggi tidak berarti banjir bandang akan terus terjadi hingga Maret. Ia menjelaskan bahwa meskipun kondisi di Sukabumi bisa membaik dalam waktu dekat, potensi bencana serupa tetap ada di wilayah lain.

“Bukan berarti banjir bandang akan terus berlangsung hingga Maret 2025. Mungkin kondisi di Sukabumi segera membaik, tetapi potensi banjir bandang dapat muncul di daerah lain. Yang penting adalah masyarakat mendapatkan informasi dini dan dapat bersiap,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi potensi bencana, BMKG mengimbau masyarakat agar selalu memperhatikan peringatan dini cuaca yang dikeluarkan. Dwikorita juga menekankan pentingnya kerja sama antara masyarakat dan pemerintah daerah dalam mengatur langkah antisipatif, seperti evakuasi.

“Peringatan dini kami sampaikan untuk memastikan masyarakat memiliki cukup waktu mempersiapkan diri. Pemerintah daerah diharapkan juga segera mengambil langkah-langkah strategis untuk melindungi warganya,” tambahnya.

Sebelumnya, banjir bandang melanda Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, pada Rabu kemarin. Hujan deras selama dua hari menyebabkan debit air naik drastis hingga menggenangi beberapa wilayah, termasuk Kecamatan Palabuhanratu.

Ketinggian air dilaporkan mencapai 80 hingga 90 sentimeter, membuat banyak warga terjebak dan memerlukan evakuasi darurat.***

Foto : Dok. BMKG

Editor : Aab Abdul Malik

(Dul)

Dua Tahun Tidak ada Serangan Teroris, Menkopolkam : Kita Tetap Harus Waspada!

0
Oplus_0

Wartain.com || Menteri koordinator bidang politik dan keamanan republik indonesia, jenderal pol (purn). Budi Gunawan, meminta semua pihak tetap waspada terhadap aksi terorisme. Dua tahun berlalu tanpa teror, bukan berarti aksi terorisme berakhir.

Hal itu, di ungkapkan menko pol-kam. Saat menjadi pembicara kunci, dalam acara peluncuran dokumen I-KHub BNPT Counter terrorism and violent Extremism (CT/VE) Outlook tahun 2024. Acara tersebut, digelar badan nasional penaggulangan terorisme (BNPT) di auditorium perpustakaan nasional indonesia jakarta, selasa 3/12/2024.

“Meski pun saat ini, seolah-olah sel teror itu sedang tidur. Namun dari hasil pengalaman saya di dunia intelijen, terorisme ini. Semakin bermetamorfosis, lebih canggih dengan memanfaatkan berbagai ruang siber. Untuk menyebarkan pahamnya secara global,” kata Budi Gunawan.

Seperti diketahui, kata menko pol-kam. Indonesia telah berhasil mencapai zero terrorist attack sejak tahun 2023. Peringkat indonesia, dalam global terrorism index juga. Membaik sehingga masuk ke dalam kategori low impacted dari sebelumnya, medium impacted.

“Tentunya ini, merupakan capaian besar yang patut kita apresiasi bersama. Hasil kerja kolaboratif, yang sangat luar biasa dari seluruh pihak. Baik pada aspek pencegahan maupun penegakan hukum,” kata Budi Gunawan.

Namun dia menegaskan, kondisi tanpa teror dua tahun terakhir bukan berarti para teroris telah menghentikan kiprah mereka. “Tugas kita ke depan, adalah bagaimana mempertahankan kondisi ini. Sehingga kehadiran negara dapat memberikan rasa aman bagi seluruh masyarakat,” lanjut Menkopolkam.

Dalam pidatonya, Budi Gunawan mengaku teringat dengan beberapa kasus terorisme di indonesia. Beberapa di antaranya adalah bom sarinah pada 2016, kemudian teror di terminal kampung melayu pada 2017 dan teror bom gereja di surabaya pada 2018.

“Waktu itu saya melihat langsung aksi teror tersebut dan dampak yang diakibatkan dari serangan yang sungguh luar biasa tersebut. Banyak korban jiwa yang bergelimpangan, kemudian kerugian materil. Tentunya juga menimbulkan dan menebar ketakutan di seluruh penjuru Tanah Air kita,” kata Menko Polkam.***

Foto : Istimewa

Editor : Aab Abdul Malik

(AAS)

Partisipasi Pemilih pada Pilkada Serentak Tahun 2024 Rendah, Siapa yang Salah?

0

Wartain.com || Pilkada serentak di Kabupaten Sukabumi yang digelar pada 27 November 2024 mencatat tingkat partisipasi pemilih yang rendah.

Berdasarkan data yang dilansir dari Wartain.com, dari total 1.983.406 daftar pemilih tetap (DPT), hanya 1.059.105 suara yang masuk, atau sekitar 53,40 persen. Angka ini menunjukkan bahwa hampir separuh masyarakat Kabupaten Sukabumi tidak menggunakan hak pilihnya.

Rendahnya partisipasi ini menuai tanggapan dari berbagai pihak, termasuk Teguh Hariyanto, akademisi dari Akademi Pemilu dan Demokrasi. Teguh menyebut bahwa angka partisipasi yang rendah ini mengkhawatirkan, terutama untuk pesta demokrasi yang seharusnya menjadi ajang partisipasi aktif masyarakat. Ia menilai fenomena ini mencerminkan apatisme masyarakat terhadap proses politik.

“Partisipasi pemilih yang hanya 53,40 persen adalah angka yang sangat rendah. Ini menunjukkan adanya masalah dalam kesadaran politik masyarakat dan efektivitas sosialisasi pemilu,” ungkap Teguh.

Menurutnya, berbagai faktor seperti minimnya edukasi politik, kurangnya kepercayaan terhadap calon, dan persoalan teknis dalam penyelenggaraan pemilu bisa menjadi penyebab rendahnya partisipasi ini.

Lebih lanjut, Teguh menekankan perlunya langkah-langkah konkret untuk meningkatkan partisipasi masyarakat. Edukasi politik yang lebih masif, perbaikan kualitas kampanye oleh para kandidat, dan penyelenggaraan pemilu yang lebih transparan disebutnya sebagai solusi yang bisa dilakukan.

“Demokrasi hanya akan berhasil jika masyarakat berpartisipasi aktif,” tegasnya.

Rendahnya partisipasi pemilih ini menjadi peringatan bagi semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pemilu. Evaluasi menyeluruh terhadap proses Pilkada diperlukan untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang, sehingga demokrasi di Kabupaten Sukabumi dapat berjalan lebih baik dan inklusif.***

Foto : Dok. Pribadi

Editor : Aab Abdul Malik

(Dul)

Diskusi Publik Alumni Unpad Pro Demokrasi, Negara Swasta: Transformasi Negara Menjadi Korporasi Oligarki

0

Oleh: Radhar Tribaskoro/ Komite Eksekutif Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia

Wartain.com || Dalam beberapa dekade terakhir, konsep “negara swasta” atau “corporate state” semakin sering dibahas dalam kajian akademik dan politik.

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana pengusaha atau oligarki memegang kendali terhadap fungsi dan kebijakan negara, sering kali demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu, daripada kepentingan publik.

Fenomena ini bukanlah sesuatu yang benar-benar baru; namun, dalam dunia yang semakin terintegrasi dengan neoliberalisme dan kapitalisme global, bentuk dan dampaknya semakin nyata di banyak negara, termasuk negara-negara berkembang.

Dalam artikel ini, kita akan menelusuri apa yang dimaksud dengan “negara swasta,” apa ciri-ciri dan dampaknya, serta bagaimana kita bisa memahami dan menghadapi fenomena ini.

Kita juga akan melihat bagaimana teori kompleksitas sistem politik dapat membantu menjelaskan dinamika antara aktor-aktor kekuasaan dalam “negara swasta” dan bagaimana fenomena ini mencerminkan ketidakseimbangan dalam distribusi kekuatan politik dan ekonomi.

1. Apa itu “Negara Swasta”?

“Negara swasta” adalah sebuah metafora yang menggambarkan situasi di mana negara kehilangan esensi publiknya dan berubah menjadi instrumen bagi segelintir pengusaha besar atau oligarki.

Dalam situasi ini, kebijakan publik tidak lagi ditentukan berdasarkan kepentingan umum, tetapi lebih mengutamakan manfaat ekonomi dan kekuasaan yang dapat diraih oleh elite kecil.

Istilah ini menggambarkan kondisi di mana hubungan antara politik dan ekonomi menjadi semakin terjalin erat, sehingga batas antara keduanya kabur dan kepentingan pribadi atau kelompok berkuasa mendominasi proses pengambilan keputusan.

Wendy Brown dalam bukunya “Undoing the Demos” menyebut fenomena ini sebagai bentuk dari “neoliberalitas negara” di mana nilai pasar sepenuhnya mendikte bagaimana negara dikelola (Brown, 2015).

Negara yang seharusnya berfungsi untuk melindungi warganya dan menyediakan kesejahteraan umum justru menjadi korporasi besar, di mana elite ekonomi mempengaruhi pembuatan kebijakan demi keuntungan finansial mereka.

Ciri-Ciri Negara Swasta

Untuk memahami fenomena negara swasta, kita perlu menyoroti beberapa ciri utama yang dapat mengindikasikan bahwa suatu negara telah mengalami transformasi menuju model ini. Ciri-ciri ini termasuk:

a. Kekuatan Eksekutif yang Didominasi Elite Ekonomi

Salah satu ciri yang paling terlihat adalah adanya pengaruh besar pengusaha atau oligarki dalam pemerintahan, baik secara langsung maupun melalui jalur partai politik. Dalam “negara swasta,” pengusaha besar sering kali menjadi bagian dari kekuatan eksekutif, baik melalui jabatan resmi maupun sebagai penasihat utama.

Sebagai contoh, banyak pengusaha besar di Indonesia yang memiliki hubungan dekat dengan pemerintah, bahkan berperan penting dalam penyusunan kebijakan ekonomi. Jeffrey Winters dalam bukunya “Oligarchy” menunjukkan bahwa dalam banyak kasus, oligarki memiliki “kepemilikan” atas kebijakan negara melalui pengaruh politik mereka yang besar (Winters, 2011).

b. Regulasi yang Menguntungkan Kelompok Terbatas

Negara yang dikelola oleh oligarki cenderung membuat regulasi yang menguntungkan segelintir kelompok elit. Misalnya, regulasi perpajakan yang cenderung memberikan tax holiday bagi perusahaan besar atau undang-undang yang mempermudah akses investor asing tanpa memperhatikan dampak bagi masyarakat lokal. Regulasi semacam ini memperlihatkan bahwa pemerintah lebih memprioritaskan keuntungan ekonomi daripada kesejahteraan sosial dan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat.

c. Penggunaan Aparat Negara sebagai Alat Kepentingan Bisnis

Dalam negara swasta, aparat negara—baik itu penegak hukum, birokrasi, maupun militer—cenderung digunakan untuk menjaga kepentingan bisnis tertentu. Hal ini dapat terlihat dalam bentuk represi terhadap kelompok masyarakat yang mencoba melawan proyek-proyek yang dianggap merugikan lingkungan atau kesejahteraan masyarakat lokal (Contoh PIK-2). Aparat keamanan digunakan untuk memastikan bahwa proyek tersebut berjalan tanpa gangguan, meskipun ada penolakan dari komunitas yang terdampak.

David Harvey dalam “A Brief History of Neoliberalism” menjelaskan bagaimana negara berfungsi untuk menciptakan “kondisi yang mendukung akumulasi kapital” dengan mengorbankan hak-hak sipil dan kesejahteraan masyarakat (Harvey, 2005). Aparat negara menjadi instrumen kekuasaan ekonomi daripada pelindung kepentingan rakyat.

d. Kontrol terhadap Media

Untuk menjaga kekuasaannya, oligarki dalam negara swasta juga sering kali berupaya untuk mengontrol media, baik melalui kepemilikan langsung atau melalui intervensi dalam kebijakan penyiaran. Tujuannya adalah untuk membentuk opini publik yang menguntungkan mereka dan mengontrol narasi politik sehingga tidak ada ancaman terhadap dominasi mereka.

Di Indonesia, kepemilikan media yang terkonsentrasi pada segelintir pengusaha sering kali menyebabkan terbatasnya narasi alternatif yang bisa diakses oleh masyarakat. Sebagai contoh, isu-isu yang menyinggung kepentingan oligarki jarang sekali mendapat liputan yang luas di media arus utama.

Dampak Negara Swasta

Negara swasta memiliki dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan masyarakat, dari kesejahteraan ekonomi hingga partisipasi politik. Berikut adalah beberapa dampak utama:

a. Ketimpangan Ekonomi

Dalam negara swasta, ketimpangan ekonomi cenderung meningkat. Kekayaan negara terkonsentrasi pada segelintir orang yang memiliki akses langsung terhadap sumber daya dan kebijakan negara. Akibatnya, sebagian besar masyarakat tetap berada dalam kemiskinan atau berjuang untuk mendapatkan akses ke layanan dasar, sementara elit ekonomi terus memperkaya diri.

Studi dari Thomas Piketty dalam bukunya “Capital in the Twenty-First Century” menunjukkan bahwa ketika segelintir individu memiliki akses yang tidak terbatas terhadap modal dan kebijakan, ketimpangan akan terus meningkat (Piketty, 2014). Fenomena ini terlihat jelas dalam negara swasta, di mana kebijakan ekonomi lebih berfokus pada akumulasi kapital bagi segelintir orang dibandingkan distribusi kesejahteraan yang adil.

b. Kelemahan Demokrasi

Negara yang dikuasai oleh pengusaha atau oligarki tidak benar-benar mendukung demokrasi yang sehat. Demokrasi dalam konteks ini sering kali hanya menjadi prosedural, di mana pemilu tetap diadakan, tetapi hasilnya telah dipengaruhi oleh kendali modal. Partai politik yang seharusnya menjadi representasi rakyat lebih banyak menerima dana dari pengusaha besar, sehingga mereka cenderung mengabaikan kepentingan konstituen demi mengamankan dukungan finansial.

Crouch (2004) dalam “Post-Democracy” menggambarkan situasi ini sebagai kondisi di mana institusi demokrasi masih ada, tetapi kekuasaan nyata berada di tangan segelintir elit ekonomi. Rakyat kehilangan suara dan hanya menjadi bagian dari prosedur formal untuk memberikan legitimasi bagi mereka yang sebenarnya memiliki kekuasaan.

c. Erosi Hak Sosial dan Lingkungan

Dampak lain dari negara swasta adalah erosinya hak-hak sosial dan lingkungan. Kebijakan yang berorientasi pada keuntungan ekonomi sering kali mengabaikan dampak negatif terhadap lingkungan dan hak masyarakat. Misalnya, proyek pembangunan yang mengorbankan ruang hijau dan sumber air masyarakat sering kali tetap dijalankan demi kepentingan bisnis.

Ulrich Beck dalam “Risk Society” menyoroti bagaimana modernitas telah menciptakan risiko baru bagi masyarakat, dan dalam negara yang didominasi oleh pengusaha besar, risiko ini diperparah oleh lemahnya regulasi yang berpihak pada publik (Beck, 1992). Negara tidak lagi melindungi warganya dari risiko, tetapi justru menciptakan risiko demi akumulasi kapital.

Menggunakan Perspektif Kompleksitas untuk Memahami Negara Swasta

Untuk memahami mengapa dan bagaimana negara dapat bertransformasi menjadi negara swasta, kita bisa menggunakan teori kompleksitas dalam sistem politik. Menurut pendekatan ini, negara dan masyarakat adalah sistem yang kompleks, di mana banyak aktor saling berinteraksi dan saling mempengaruhi.

Dalam sistem politik yang kompleks, terdapat banyak aktor yang berperan, termasuk pemerintah, partai politik, masyarakat sipil, pengusaha, dan aktor internasional. Ketika aktor ekonomi—seperti pengusaha besar—memiliki akses yang lebih besar terhadap kekuasaan, mereka dapat mengubah dinamika kekuasaan di dalam sistem tersebut.

Akibatnya, proses politik tidak lagi bekerja berdasarkan representasi dan keseimbangan, tetapi lebih dipengaruhi oleh logika akumulasi kapital. Yaneer Bar-Yam (2004) dalam “Making Things Work” menjelaskan bahwa sistem yang tidak mampu mengelola kompleksitas dan distribusi kekuasaan akan berakhir dengan struktur di mana hanya segelintir aktor yang mendominasi.

Dalam kasus negara swasta, ini berarti bahwa negara tidak lagi berfungsi sebagai entitas yang mengelola kepentingan umum, tetapi berubah menjadi alat untuk memenuhi kepentingan pribadi segelintir elit.

Dalam negara yang sehat, setiap institusi memiliki fungsi spesifik yang berbeda satu sama lain—eksekutif menjalankan pemerintahan, legislatif membuat undang-undang, dan yudikatif memastikan keadilan ditegakkan. Namun, dalam negara swasta, fungsi-fungsi ini tidak lagi berdiri sendiri, melainkan terkooptasi oleh kepentingan ekonomi.

Batas antara sektor publik dan swasta menjadi kabur, sehingga negara kehilangan fungsinya sebagai pelindung masyarakat. Niklas Luhmann (1995) dalam “Social Systems” menjelaskan pentingnya diferensiasi fungsional untuk menjaga sistem sosial tetap berfungsi dengan baik. Ketika diferensiasi ini gagal, seperti dalam negara swasta, sistem tidak lagi mampu mengelola kompleksitas masyarakat, dan akibatnya kesejahteraan umum terabaikan.

Menghadapi fenomena negara swasta memerlukan pemahaman mendalam tentang bagaimana kekuasaan bekerja dalam sistem politik dan bagaimana masyarakat sipil dapat mengintervensi. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil untuk menghadapi tantangan ini:

Pertama, untuk melawan dominasi oligarki, institusi demokrasi seperti parlemen, yudikatif, dan media independen perlu diperkuat. Parlemen harus mampu menahan pengaruh korporasi dengan menjalankan fungsi pengawasan yang efektif, sementara peradilan harus berani menegakkan hukum terhadap siapa pun, termasuk pengusaha besar.

Kedua, salah satu akar masalah negara swasta adalah pendanaan politik yang berasal dari oligarki. Dengan melakukan reformasi pendanaan politik, seperti menerapkan sistem pendanaan publik untuk partai politik dan kampanye, ketergantungan partai terhadap dana pengusaha besar dapat dikurangi. Stiglitz (2012) dalam “The Price of Inequality” mengemukakan bahwa sistem politik yang lebih transparan dan independen dari pengaruh modal adalah kunci untuk menciptakan negara yang lebih adil dan demokratis.

Ketiga, masyarakat sipil harus berperan lebih aktif dalam mengawasi kebijakan dan meningkatkan kesadaran tentang bahaya negara yang didominasi oleh segelintir pengusaha. Organisasi masyarakat sipil, LSM, dan gerakan sosial memiliki peran penting dalam menjaga agar proses pengambilan keputusan tetap terbuka dan inklusif.

Keempat, negara harus menjamin bahwa semua proses pembuatan kebijakan dilakukan dengan transparan dan akuntabel. Hal ini bisa diwujudkan dengan menerapkan mekanisme partisipatif dalam pembuatan kebijakan publik, seperti melibatkan masyarakat dalam perencanaan proyek atau kebijakan ekonomi yang akan berdampak besar terhadap mereka.

Penutup: Menuju Negara yang Lebih Adil

Fenomena negara swasta mengungkap bagaimana kekuatan ekonomi dapat merusak fungsi negara sebagai pelindung kepentingan umum. Negara yang seharusnya menjadi wadah bagi masyarakat untuk meraih kesejahteraan bersama berubah menjadi instrumen bagi sekelompok kecil untuk mencapai akumulasi kapital.

Namun, tidak ada negara yang harus pasrah menjadi “negara swasta.” Dengan memperkuat institusi demokrasi, mengurangi pengaruh modal dalam politik, dan meningkatkan partisipasi publik, transformasi menuju negara yang lebih adil dan demokratis adalah sesuatu yang mungkin. Kita perlu mengingat kembali apa yang dikatakan oleh Noam Chomsky: “Negara yang baik bukanlah negara yang tunduk pada modal, melainkan yang berfungsi untuk melayani warganya dengan adil dan transparan” (Chomsky, 2013).

Negara seharusnya menjadi instrumen untuk mencapai kesejahteraan bagi seluruh rakyat, bukan hanya bagi mereka yang memiliki modal dan kekuasaan. Tantangan bagi kita adalah memastikan bahwa negara tetap berfungsi untuk kepentingan umum, bukan kepentingan privat segelintir elit.***

Foto : Istimewa

Editor : Aab Abdul Malik

(Dul/AS/Boeh)

Degradasi Partisipasi Masyarakat dalam Pemilukada Kabupaten Sukabumi 2024

0

Oleh : Hikmat Muhammad, S.H.I/Pengamat Politik, Direktur Kahita Institute

Wartain.com || Pilkada serentak 2024 sudah dilaksanakan, dan masing-masing pasangan serta lembaga survey berunjuk untuk menunjukan hasil hitung cepatnya. Sebagai pondasi menghimpun kekuatan hasil kerja tim masing-masing Paslon.

Tapi ada beberapa hal yang menarik pada Pilkada Kabupaten Sukabumi 2024. Yaitu menurunnya partisipasi masyarakat dalam memberikan hak suaranya, hampir 50% masyarakat yang memiliki hak suara yang ditetapkan oleh KPU Kabupaten Sukabumi pada (DPT) tidak memberikan hak suaranya.

Ini kan pertanyaan besar, kenapa partisipasi masyarakat Kabupaten Sukabumi begitu rendah? bahkan cenderung menurun dari Pilkada sebelumnya yakni turun kurang lebih 7%.

Sementara anggaran KPU dari masa ke masa terus meningkat dan bertambah variable anggarannya. Tentu ini tidak hanya merugikan keuangan negara tetapi juga mencoreng citra demokrasi di Kabupaten Sukabumi. Lantas bagaimana bentuk pertanggungjawaban kinerja KPU terhadap fenomena ini?

Disamping itu hal lain yang sangat dirugikan adalah pasangan Cakada, dimana saya masih mendengar isu-isu di luaran, komposisi sosialisasi pilkada kepada masyarakat lebih tinggi dilakukan oleh Cakada dari pada oleh KPU dan jajarannya.

Tentu ini menjadi catatan bagaimana Cakada Kabupaten Sukabumi harus mendorong bagaimana proses pertanggungjawaban KPU terhadap proses atau tahapan Pemilu yang telah dilakukan oleh KPU.

Kita bisa lihat bagaimana 1 kubu bisa saja beralibi berkurang nya target suara karena kurang nya partisipasi masyarakat dalam memilih atau memberikan hak suaranya. Ini jadi berat bagi Cakada yang dalam posisi misalnya tidak mendapatkan suara tinggi.

Saya rasa semua harus dibuka. Apa yang menjadi kendala KPU selama ini dalam melakukan tahapan-tahapan proses Pilkada terutama program peningkatan partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Pemilu.***

Foto : Dok. Pribadi

Editor : Aab Abdul Malik

(Dul)

Sekda: Sukabumi Berstatus Tanggap Darurat Bencana

0

Wartain.com || Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sukabumi, Ade Suryaman menyebut, saat ini Sukabumi berstatus tanggap darurat bencana. Status itu ditetapkan setelah beberapa kecamatan akibat hujan deras yang mengguyur selama dua hari.

“Hari ini sudah ditetapkan status tanggap darurat dan posko telah ditetapkan juga di Pendopo Palabuhanratu,” ucap Sekda dalam konferensi pers di Pendopo Kabupaten Sukabumi, Rabu (4/12/2024) malam.

Sekda mengatakan, saat ini ada 22 kecamatan yang terdampak bencana usai curah hujan yang tinggi di Sukabumi yang mengguyur selama dua hari.

“Dari 2 hari (hujan) ini mengakibatkan ada total bencana 33 yaitu untuk tanah longsor ada 13, banjir ada 9 lokasi, angin kencang 7 , pergerakan tanah ada 4. Sehingga total bencana ada 33 dan jumlah yg terdampak ada 22 kecamatan,” lanjut Ade.

Lebih lanjut kata Ade, hingga saat ini jumlah keluarga yang terdampak berjumlah 103 KK. 243 jiwa dari 93 KK diantaranya mengungsi dan rumah terdampak sejumlah rumah dilaporkan rusak.

“Dampak rumah rusak, yang rusak berat ada 1 yaitu di Desa Loji Kecamatan Simpenan. Rusak sedang ada 3, rusak ringan ada 36. Rumah yg terendam ini berjumlah ada 10 yaitu 8 di desa Mandrajaya kecamatan Ciemas, 1 di Desa Cidadap Kecamatan Cidadap dan 1 desa Cilangkap kecamatan Lengkong,” jelasnya.

Selain beberapa akses jalan provinsi maupun nasional terputus akibat bencana. Sehingga mengakibatkan akses untuk menuju lokasi bencana terhambat.

“Sampai saat ini kita masih lost kontak karena lokasi tersebut jalannya terputus. Kita memiliki jalan 3 alternatif wilayah timur tengah dan wilayah barat,” ucap Ade.

“Sekarang wilayah timur itu terputus di Kecamatan Nyalindung dan untuk wilayah tengah masih dianggap aman kalau wilayah barat menuju Palabuhanratu itu yang ada longsoran tanah juga ini masih dalam proses,” tambahnya.

Akses jalan yang terputus juga mengakibatkan sinyal juga terputus hingga menyebabkan kesulitan berkomunikasi. “Kita tahu bersama bahwa Kabupaten Sukabumi terluas sehingga jangkauannya untuk mengetahuinya sangat jauh,” ujar Ade.

Hingga saat ini bencana di Sukabumi mengakibatkan satu korban jiwa dan satu orang lainnya masih dalam proses pencarian.

“Datanya yang ke kita belum masuk, tapi di WA menyebutkan. tapi ke kitanya harus benar-benar valid, seperti di Gegerbitung yang dianggap meninggal baru satu,” katanya.

Saat ini pihaknya akan mendirikan tenda darurat di Pendopo Palabuhanratu. Selain itu Sekda menyebut, akan mendirikan tenda darurat lain di lokasi terdekat yang terdampak bencana.***(RAF)

Editor : Aab Abdul Malik

Rekapitulasi Suara di Pilwalkot Sukabumi Rampung, Jumlah Pemilih Menurun

0

Wartain.com || KPU Kota Sukabumi telah merampungkan Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Hasil Penghitungan Perolehan Suara Tingkat Kota Sukabumi pada Pilkada 2024.

Hasilnya pasangan calon (paslon) Wali Kota dan Wakil Wali Kota Sukabumi nomor urut 2, Ayep Zaki-Bobby Maulana unggul di 7 kecamatan dengan memperoleh 78.257 suara.

Sementara paslon nomor urut 1, Achmad Fahmi-Dida Sembada memperoleh suara sebanyak 50.942 dan diikuti paslon nomor urut 3, Mohamad Muraz-Andri Hamami dengan 45.103 suara.

Sementara dari 259.991 Daftar Pemilih Tetap (DPT), masyarakat yang ikut berpartisipasi menggunakan hak pilihnya sebanyak 180.769 orang dan 79.222 orang tidak menggunakan hak pilihnya.

Ketua KPU Kota Sukabumi, Imam Sutrisno menyebut, di Pilkada kali ini terdapat penurunan jumlah partisipan sebanyak 5,9 persen. Saat Pemilu lalu jumlah partisipan sebanyak 76 persen, sedangkan saat Pilkada jumlah partisipan menurun jadi 70,1 persen.

“Ada beberapa aspek yang mesti kita lihat pertama ternyata trennya sekarang sedang terjadi di seluruh Indonesia. Kemudian tadi kita perhatikan jalannya rekapitulasi kita juga mencatat tentang beberapa jumlah C pemberitahuan yang tidak tersampaikan,” kata Imam, Rabu (4/12/2024).

“Undangan yang tidak tersampaikan mungkin banyak masyarakat kita yang sedang tidak ada di tempat karena alasan tertentu itu juga tentu saja mempengaruhi jumlah partisipasi,” lanjutnya.

Lebih lanjut kata Imam, jarak waktu yang relatif dekat antara Pemilu dan Pilkada jadi faktor lain menurunnya angka partisipan, “Kemudian cuaca, dikuranginya jumlah TPS itu juga berpengaruh pada jarak dari rumah,” ujar Imam.

Menanggapi turunnya angka partisipan pihaknya siap menerima segala kritik dan masukan untuk menjadi bahan evaluasi kedepan dan menaikan angka partisipan di pemilihan selanjutnya.

“Mudah-mudahan ke depan partisipasi baik itu pemilu maupun pilkada lebih tinggi lagi di kota Sukabumi tapi saya yakin semua sudah berupaya dengan baik,” ucap Imam.

“Tapi tentu saja ini kami catat untuk kemudian nanti kami jadikan sebuah bahan kajian penting ke depannya artinya strateginya lebih maksimal,” tandasnya.*** (RAF)

Editor : Aab Abdul Malik

Banyak Jembatan dan Jalan Terputus, Akses Warga Sukabumi Lumpuh

0
Oplus_0

Wartain.com || Bencana yang melanda wilayah Kabupaten Sukabumi, akibat hujan ekstrim selama dua hari berturut-turut Selasa-Rabu, 03-04/13/2024, menyisakan duka yang mendalam.

Banjir, longsor, pergerakan tanah, pohon tumbang, jembatan putus dan lainnya, mengakibatkan aktifitas warga nyaris lumpuh total.

Dibeberapa titik yang mengakibatkan lumpuhnya aktifitas warga adalah, adanya jembatan dan jalan yang terputus akibat banjir bandang dan longsor.

1. Kecamatan Warungkiara

Putusnya Jembatan Lalay di Kampung Cigadog, Desa Bantarkalong, Kecamatan Warungkiara, Kabupaten Sukabumi menjadi masalah bagi warga setempat.

Jembatan gantung sepanjang 50 meter dengan lebar sekitar 3 meter itu merupakan akses utama yang digunakan warga tiga desa untuk lalu lintas kendaraan roda dua, roda empat, serta pejalan kaki.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Deden Sumpena, menjelaskan bahwa jembatan tersebut terputus akibat ambruk disapu luapan sungai Cimandiri pada Rabu (4/12/2024), sekira pukul 11.40 WIB. Akibat peristiwa tersebut, warga saat ini harus memutar sejauh 10 kilometer untuk beraktivitas.

Menurut Deden, jembatan yang ambruk adalah jembatan yang lama. Sedangkan jembatan baru yang berada di sampingnya masih dalam pembangunan sehingga tak terdampak bencana.

“Itu sebetulnya memang akses utama dan pemerintah daerah sudah membangun jembatan baru di sampingnya. Tapi karena kondisi bencana, seluruh akses dari desa itu sekarang harus memutar ke Simpenan-Palabuhanratu dengan jarak kurang lebih 10 kilometer,” ujar Deden saat dihubungi wartain.com lewat perpesanan WhatsApp.

Deden menyebutkan bahwa proses pembangunan jembatan baru yang berada di samping Jembatan Lalay sedang berlangsung dan saat ini sudah mencapai tahap tengah.

“Kemarin ada tinjauan, dan diperkirakan kurang lebih dua bulan lagi bisa selesai. Kalau bisa lebih cepat, tentu itu lebih baik,” katanya.

2. Kecamatan Simpenan 

Di Kecamatan Simpenan, jembatan Cisantri yang menghubungkan Loji – Geopark Ciletuh juga ambruk.

Banjir limpasan yang membawa material longsoran akibatkan jembatan Cisantri putus. Akibatnya, warga tidak bisa melintasi jembatan tersebut, baik kendaraan roda empat maupun roda dua.

3. Kecamatan Nyalindung

Di Kecamatan Nyalindung, jalan provinsi yang menghubungkan Nyalindung -Purabaya – Sagaranten, nyaris habis terbawa longsor.

Untuk sementara, warga mencari jalan alternatif untuk menuju Sagaranten dan sekitarnya.***

Foto : tangkapan layar

Editor : Aab Abdul Malik

(Dul)