26.7 C
Jakarta
Jumat, April 18, 2025

Latest Posts

Menunggu Data Inflasi China, Akankah Rupiah Menguat?

Wartain.com, Jakarta  || Nilai tukar rupiah kembali tertekan dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) padahal BI umumkan kabar baik peningkatan keyakinan konsumen.

Melansir data Refinitiv, hingga akhir perdagangan kemarin, Rabu 08/11/2023, rupiah kembali ambruk terhadap dolar AS ditutup di angka Rp15.645/US$ atau melemah 0,13%. Hal ini melanjutkan tren pelemahan Selasa 07/11/2023 yang juga ditutup melemah 0,58%.

Pasar keuangan domestik mengalami tekanan meski kemarin 08/11/2023 Bank Indonesia (BI) mengumumkan kabar baik yakni Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Oktober tercatat meningkat menjadi 124,3, lebih tinggi dibandingkan September 2023, yaitu sebesar 121,7.

“Survei Konsumen Bank Indonesia pada Oktober 2023 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini tecermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober 2023 sebesar 124,3, lebih tinggi dibandingkan dengan 121,7 pada September 2023,” kata Direktur Departemen Komunikasi BI Nita A. Muelgini dalam keterangan pers, Rabu, 08/11/2023.

Kendati tercatat rupiah mengalami pelemahan, namun BI optimis rupiah dapat mengalami penguatan ke depannya khususnya karena terjaganya pasokan aliran modal asing ke Indonesia belakangan ini terkhusus ke Instrumen Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter BI Edi Susianto mengatakan, per 6 November 2023, kepemilikan asing di SRBI telah mencapai Rp16,98 triliun, dari total outstanding SRBI sebesar Rp144,31 triliun. Sementara itu, total yang sudah diperdagangkan di pasar sekunder Rp27,99 miliar.

Pada hari ini, Kamis 09/11/2023 ada sejumlah sentimen yang bakal mempengaruhi gerak rupiah.

Pertama dari inflasi China akan dirilis pada Kamis 09/11/2023 pagi hari baik secara bulanan maupun tahunan. Trading Economics memproyeksikan inflasi China akan berada di angka 0,2% (year on year/yoy dan 0,2% (month on month)/mom untuk periode Oktober.

Bagi China sendiri, belakangan ini Consumer Price Index (CPI) secara tahunan masih tergolong sangat rendah bahkan sempat mengalami deflasi pada Juli 2023 dan memberikan kekhawatiran bagi pasar.

Data inflasi China ini menjadi penting bagi Indonesia karena China merupakan negara dengan perekonomian terbesar di Asia dan menjadi tujuan utama ekspor Indonesia. Oleh karena itu, perkembangan ekonomi di China akan berdampak signifikan terhadap ekonomi domestik.

Kemudian, pada hari ini pelaku pasar akan mencermati data tenaga kerja AS. Nanti malam sekitar pukul 20.30 WIB akan rilis klaim pengangguran awal & lanjutan.

Konsensus pasar berekspektasi klaim pengangguran awal yang berakhir tanggal 4 November 2023 naik menjadi 218.000.
Sedangkan klaim pengangguran lanjutan terus meningkat sebesar 35.000 menjadi 1.818.000 pada pekan yang berakhir 21 Oktober 2023, tertinggi sejak pertengahan April, dari 1.783.000 pada minggu sebelumnya, dan di atas perkiraan pasar sebesar 1.800.000.

Hal ini menunjukkan bahwa pengangguran semakin kesulitan mendapatkan pekerjaan. Lebih lanjut, data tersebut sejalan dengan sinyal dari The Fed bahwa kondisi pasar tenaga kerja sedang mengalami sedikit pelemahan, meskipun secara historis masih berada pada tingkat yang ketat.

Selanjutnya, dari domestik pada pukul 10.00 WIB, Bank Indonesia (BI) akan merilis penjualan ritel secara tahunan. Sebelumnya, penjualan ritel di Indonesia meningkat sebesar 1,1% (yoy) pada bulan Agustus 2023, turun dari kenaikan 1,6% pada bulan Juli dan menunjukkan pertumbuhan selama tiga bulan berturut-turut.

Sementara proyeksi yang dihimpun oleh Trading Economics menunjukkan penjualan ritel Indonesia akan naik menjadi 2,9% yoy. Jika hal ini terjadi, maka ini menjadi hal positif bagi perekonomian Indonesia karena menunjukkan bahwa mayoritas penjualan bertumbuh yang berimplikasi bahwa perekonomian Indonesia berjalan dengan cukup baik.

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, rupiah terpantau bergerak terbatas di area yang bertepatan dengan garis rata-rata selama  50 jam atau moving average 50 (MA50).

Pelemahan rupiah apabila menembus garus MA50 ke atas ada potensi bisa berlanjut ke resistance terdekat di Rp15.725/US% yang merupakan area gap down yang sempat terjadi pada 4 November 2023.

Di lain sisi, pelaku pasar juga perlu mencermati posisi support yang potensi di uji  apabila rupiah kembali menguat, yakni di posisi Rp15.585/US$. Nilai tersebut diambil berdasarkan garis horizontal line dari low 7 November 2023.***

Foto : Istimewa

Editor : Aab Abdul Malik

(M. Nabil)

Latest Posts

spot_imgspot_img

Don't Miss

Stay in touch

To be updated with all the latest news, offers and special announcements.