Wartain.com || Melalui dunia kampus, Pius bertemu dengan kawan-kawan seorganisasi yang tepat dan bisa menyalurkan bakat kritis Pius dengan baik. Ia bersama kawan-kawannya pun terlibat dalam kegiatan advokasi membela elemen masyarakat kecil yang tertindas.
Pius pernah membela para petani di Badega, Jawa Barat. Ia pun mendapatkan pengalaman pertamanya merasakan praktik kekerasan oleh aparat.
Pius juga terlibat dalam demonstrasi mendukung Megawati atau yang lebih dikenal dengan kasus 27 Juli di Bandung.
Pada saat itu ia mendapatkan “hadiah” kekerasa aparat berupa luka memar di 14 titik di tubuhnya.
Pada tahun 1998, kasus penculikan dan penghilangan aktivis yang melibatkan dirinya adalah kasus kekerasan aparat paling kejam yang pernah Pius alami.
Setelah merasa perjuangannya menang melawan kediktatoran Soeharto, ia lalu meniti karier di bidang politik.
Beberapa partai politik pernah menjadi tempat persinggahannya.
Bahkan dia sempat menginisiasi berdirinya beberapa partai baru, walaupun akhirnya parta-partai tersebut tak lolos verifikasi untuk menjadi peserta Pemilu.
Dari beberapa parpol yang pernah menampung Pius, yang paling mengejutkan publik adalah keputusannya untuk bergabung bersama Gerindra.
Seperti yang diketahui, Gerindra adalah parpol bikinan Prabowo Subianto, mantan anggota Koppasus yang ada hubungannya dengan Tim Mawar, tim penculik Pius dan kawan-kawan.
Bahkan langkah Pius juga diikuti oleh korban penculikan lain seperti Haryanto Taslam, Desmond Junaidi Mahesa dan Aan Rusdianto.
Penjelasan Pius atas sikap yang dianggap aneh itu adalah bahwa dari sekian banyak partai yang berusaha ia masuki atau ia bentuk, hanya dengan Gerindra ia merasa ada chemistry.
Ia juga berpendapat jika Gerindra punya semua syarat untuk menjadi besar.
Untuk soal Prabowo, secara personal Pius tak menganggap ia terlibat kasus penculikan.
Baginya, otak intelektual paling berdosa dari penculikan dan penghilangan aktivis tetap lah si penguasa 32 tahun Orba berkuasa: Jenderal Soeharto.
Riwayat Pendidikan
S3 Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya (2018)
S2 Ilmu Kepolisian, Univeristas Indonesia (2006)
S1 Hubungan Internasional, Universitas Parahyangan (1995)
SMA Kolose De Britto, Yogyakarta
Riwayat Jabatan.
Anggota VI BPKÂ RI (April 2022 s.d. sekarang).
Anggota II BPKÂ RI (Oktober 2019 s.d. April 2022).
Anggota DPR RI (2014 s.d 2019).
Anggota DPR RI (2009 s.d. 2014).
Staf pada Institut Study Arus Informasi, Jakarta (1997 s.d. 2000).
Yayasan Akar Rumput, Bandung (1996 s.d. 1997).***
Foto: Dok. Kompas
Penulis: tribunjabar/Salma Dinda Regina
Editor: Raka A. Firmansyah