Wartain.com || Setelah beberapa lama tinggal di Banten, pada suatu hari ada yang datang berkunjung pada Sunan Gunung Jati, yaitu Ratu Krawang yang datang untuk masuk agama Islam.
Melihat kedatangan puteri cantik yang datang bersama Ratu Krawang, lalu Sunan Gunung Jati bertanya “He Ratu Krawang, Puteri manakah yang datang bersamamu ini.?, dan siapakah gerangan namanya.?, disini akun belum pernah melihatnya”
Ratu Krawang menjawab “Dia masih termasuk bibi hamba, dia adalah Putri Permadi puti yang menjadi Raja di Cangkuang. Namanya Putri Kawunganten dia masih keturunan Pakuan Pajajaran. Bilamana baginda menghendaki, silahkan menyampaikannya pada paman Permadi Puti, murid tuan yang dahulu mencari udang sejodoh itu”.
Maka untuk kemudian, Arya Lumajang (Cakrabuana) kemudian memanggil adiknya Permadi Puti yang berada di Carbon Girang. Setibanya Permadi Puti, lalu Sunan Gunung Jati berkata “Paman, putrimu itu, akan kuminta keridoannya, dia akan kuperistri dengan benar”
Permintaan itu dijawab “Silahkan tuanku, lagipula bukankah anak ini, dan juga diri hamba adalah tuan juga yang memilikinya..?” Begitulah kisahnya.
Dari perkawinan keduanya lahir seorang anak perempuan yang diberi nama Ratu Winaon, kemudian adik laki-laki yang diberi nama Pangeran Sebakingkin yang kemudian menjadi Sultan Banten. Adapun Ratu Winaon, kelak dipersitri oleh orang sebrang yang bernama Pangeran Atas Angin yang berkedudukan di Jambu Karang.
Dalam sejarah, Pangeran Sebakingkin ini mempunyai nama lain Hasanudin, Raja Banten inilah yang kelak menaklukan Pajajaran dibantu oleh anaknya Maulana Yusuf. Adapun Putri Winaon kelak mengikuti suaminya ke seberang yaitu kepulau Sumatra di daerah yang disebut Atas Angin / Jambu Karang. Daerah tersebut sekarang identik dengan daerah Bengkulu ada juga yang mengatakan daerah Sumatra Barat/Minang.***
Foto : Ilustrasi/Sejarah Cirebon
Editor : Aab Abdul Malik
(Redaksi)