Wartain.com, Cirebon || Seorang warga Kelurahan Kasepuhan, mengalami sakit diabet insipidus, sejak berumur usia 9 tahun. Namanya Alamin, sejak usia belia harus mengalami sakit layaknya orang tua.
Putra pasangan Sutaryono dan Sri Wahyuni ini, sudah sejak kecil keluar masuk Rumah Sakit di Cirebon. Rasa sakit tentu sudah menjadi bagian kehidupannya sejak kecil. Bahkan dengan sakit tersebut, Al Amin harus minum air putih yang banyak , agar kondisi tubuh tetap stabil.
“Jika kurang dari 10 liter, maka tubuh akan lemes dan merasakan sakit, hingga akhirnya tidak sadarkan diri,” ungkap Al Amin yang saat ini sudah memasuki usia 18 tahun di rumahnya.
Al Amin tentunya sudah menjalani berbagai pengobatan dan terapi, agar kondisi tubuhnya tetap stabil.
Namun kondisinya semakin memburuk, hingga akhirnya harus dirujuk ke RS DR Cipto Mangunkusumo dan RS PON. Setiap dua minggu sekali Al Amin harus menjalani pengobatan dan pemulihan di Jakarta.
Sebelumnya, Al Amin juga menjalani pengobatan sekitar dua tahun di RS Hasan Sadikin Bandung.
“Saya semangat ingin sembuh,” ujar Al Amin lirih.
Selama ini, sudah hampir 5 tahun Al Amin bolak balik Cirebon – Jakarta, agar kesehatannya tetap terjaga. Al Amin sudah merasakan adanya kondisi yang berangsur membaik, ketika menjalani perawatan di dua RS milik pemerintah tersebut. Ternyata sakit yang diderita akibat adanya tumor di bagian dahi sehingga menekan urat syarafnya.
Akibat sarafnya tertekan, dia mengalami sakit diabet insipidus seperti layaknya sakit diabetes.
“Selama ini seluruh biaya RS ditanggung BPJS Kesehatan,” kata Al Amin.
Berdasarkan intruksi dokter, Al Amin harus menjalani penyinaran Gamma Knife Surgery (GKS). Namun alangkah terkejutnya, ketika keluarga harus membayar biaya penyinaran mencapai Rp 155 juta.
“Tentu dengan kondisi sekarang, sangat sulit bagi keluarga mengumpulkan uang sebegitu banyak, ” kata Al Amin.
Pihaknya lanjut Al Amin, tentunya mengharapkan agar penyinaran Gamma Knife Surgery dapat ditanggung BPJS, sehingga dirinya segera mendapat pengobatan.
Al Amin memiliki keyakinan dan semangat, sehingga sembuh dari penyakit yang menggerogoti sejak kecil.
“Kami sudah semampu mungkin melakukan pengobatan, tapi saat ini harus menghadapi kenyataan, keluarga harus menyediakan biaya sangat besar. Selama ini, kami menggunakan BPJS, tapi ternyata penyinaran Gamma tidak masuk pembiayaan (BPJS red.), ” kata kedua orangtuanya.
(SRM)